Apa Itu Rabu Abu dan Maknanya bagi Umat Katolik?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
1 Maret 2022 17:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perayaan Rabu Abu. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perayaan Rabu Abu. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rabu Abu adalah masa perayaan prapaskah yang dilakukan umat Katolik sebelum menyambut Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Perayaan ini ditandai dengan upacara penerimaan abu yang dioles membentuk tanda salib pada dahi jemaat.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Kamus Alkitab dan Theologi karya Jonar Situmorang, abu yang digunakan dalam perayaan ini berasal dari daun palma. Abu tersebut nantinya dioleskan pada dahi kaum beriman sebagai tanda tobatnya.
Prosesi Rabu Abu biasanya disertai dengan nasihat yang terkandung dalam Alkitab. Salah satunya Markus ayat 15 yang berbunyi, "Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil".
Umat Katolik meyakini bahwa perayaan Rabu Abu mengingatkan mereka pada ketidakabadian. Lantas, apa itu Rabu Abu dan maknanya bagi umat Katolik?

Makna Perayaan Rabu Abu

Ilustrasi perayaan Rabu Abu. Foto: pixabay
Mengutip buku Kamus Sejarah Gereja karya Frederiek Djara Wellem, Rabu Abu dikenal juga sebagai hari penyesalan yang ditandai dengan mengoleskan abu pada dahi jemaat. Abu yang dioleskan ini menjadi tanda keimanan dan tobat umat Katolik kepada Tuhan Yesus.
ADVERTISEMENT
Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Tuhan kepada Adam, “Ingatlah, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu”. Perkataan tersebut juga diucapkan dalam pemakaman, “Abu menjadi abu; debu menjadi debu”.
Demikianlah abu menjadi tanda ketidakabadian bagi manusia. Abu seolah mengingatkan umat akan pentingnya bertobat sebelum kehidupan di dunia ini berakhir dan kembali menghadap Sang Pencipta.
Bicara soal makna, dalam perayaan Rabu Abu ini, abu diambil dari daun palma yang sebelumnya telah diberkati pada perayaan Minggu Palma. Dalam perayaan ini, umat bersuka cita menyambut Yesus yang memasuki Yerusalem dengan jaya.
Mereka menyambut kedatangan-Nya dengan melambaikan daun-daun palma. Sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa Yesus datang untuk wafat guna menebus dosa-dosa mereka.
Ilustrasi perayaan Rabu Abu. Foto: pixabay
Dengan menggunakan daun-daun Minggu Palma, Gereja hendak mengingatkan bahwa umat selayaknya tidak hanya bersukacita atas kedatangan Yesus, tapi juga menyesali kenyataan pedih lainnya.
ADVERTISEMENT
Disebutkan oleh Cell Group AmoreDio Indonesia, Tuhan Yesus Kristus wafat karena dosa-dosa umat. Ia rela berkorban demi menyelamatkan umat-Nya dari api neraka.
Diawali dengan perayaan Rabu Abu, umat Katolik akan menjalankan masa prapaskah selama 40 hari penuh. Angka ini diyakini dalam Kitab Suci sebagai waktu untuk pendisiplinan diri, penyembahan, serta persiapan.
Musa tinggal di gunung Allah selama 40 hari (Kel 24:18; 34:28), Elia berkelana selama 40 hari sebelum ia tiba di gua ketika ia mendapat penglihatan (1Raj 19:8), Niniwe diberi waktu selama 40 hari untuk bertobat (Yun 3:4), dan sebelum memulai karya pewartaan-Nya, Yesus melewatkan 40 hari di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa (Mat 4:2).
(MSD)