Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Apakah Ngupil Membatalkan Puasa? Ini Penjelasannya Menurut Ulama
18 Februari 2025 10:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jelang bulan Ramadan yang tinggal menghitung hari, tentunya banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga keabsahan dari pahala puasa yang dijalani.
Perbedaan pandangan terkait mengupil saat puasa adalah salah satu hal yang menjadi perhatian. Ada anggapan bahwa mengupil dapat membatalkan puasa, namun ada juga sebaliknya.
Mari telusuri lebih dalam untuk menemukan jawaban yang tepat berdasarkan hukum syariat Islam.
Hukum Mengupil Saat Puasa
Menurut Buya Yahya , berdasarkan Mazhab Imam Syafi’i, mengupil tidaklah membatalkan puasa. Puasa akan batal jika seseorang membersihkan lubang hidung hingga ke rongga bagian atas, sehingga menyebabkan keluarnya air mata.
“Adapun memasukkan lubang hidung untuk membersihkan kotoran hidung itu tidak masuk di atas itu maka membersihkan kotoran hidung itu tidak membatalkan puasa”, ujar Buya Yahya dalam video bertajuk "Apakah Ngupil Membatalkan Puasa?" yang diunggah channel Youtube Al-Bahjah TV pada 8 April 2022.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dikutip dari buku Fikih Puasa oleh Ali Musthafa Siregar, mengupil tidaklah membatalkan puasa, selagi sesuatu yang dimasukkan tidak sampai ke bagian yang keras dalam hidung yaitu Muntah Al-khoisyuum.
Cara Mengupil yang Aman Saat Puasa
Mengutip dari laman Universitas Islam An-nur Lampung, berikut tips aman untuk mengupil saat puasa agar terhindar dari risiko batalnya puasa.
ADVERTISEMENT
Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
Dikutip dari laman Baznas, berikut ini apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
1. Muntah Secara Sengaja
Apabila seseorang dengan sengaja memuntahkan makanan atau minuman yang ada di dalam perutnya, maka puasanya dianggap batal.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang terpaksa muntah, maka tidak wajib baginya menqadha puasanya. Dan barang siapa muntah dengan sengaja, maka wajib baginya menqadha puasanya.” (HR. Abu Daud).
2. Hubungan Suami Istri
Hubungan suami istri (jima') pada siang hari yang dilakukan pada saat bulan Ramadan dapat membatalkan puasa dan termasuk dalam tindakan yang dilarang saat berpuasa. Ini sebagaimana disampaikan dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah Ayat 187:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu...".
ADVERTISEMENT
3. Gila
Kehilangan akal atau kondisi gila juga dapat membatalkan puasa. Puasa seorang mukmin yang dalam kondisi gila atau kehilangan akal akan otomatis batal. Sebab, salah satu syarat sah puasa adalah memiliki akal yang sehat.
4. Murtad
Pernyataan atau tindakan yang menunjukkan bahwa seseorang keluar dari Islam atau murtad dapat membatalkan puasa.
Puasa hanya dapat dianggap sebagai ibadah yang sah jika dilakukan oleh seorang Muslim. Jika seseorang murtad, status keislamannya hilang, dan ibadah yang dilakukannya tidak lagi dianggap sah.
Dengan memahami hal-hal tersebut, kita bisa menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan menjaga ibadah kita agar tetap sah.
Sebagai seorang Muslim, penting untuk selalu menjaga kesempurnaan ibadah puasa dengan menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan atau risiko membatalkan puasa.
ADVERTISEMENT
Sebaiknya, kita lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk mengupil, agar ibadah puasa tetap sah dan diterima oleh Allah SWT. Mari jadikan puasa sebagai momentum untuk meningkatkan ketaqwaan dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak perlu.