Konten dari Pengguna

Arti Arba Mustamir dan Hukumnya dalam Pandangan Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
4 September 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kalender Hijriah. Foto: Shutterstock/Yavdat
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kalender Hijriah. Foto: Shutterstock/Yavdat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arba mustamir artinya adalah hari Rabu terakhir pada bulan Safar dalam penanggalan Hijriah. Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, meyakini bahwa ini adalah hari sial sehingga harus diisi dengan amalan-amalan tertentu.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, bagi masyarakat Banjar, khususnya yang tinggal di wilayah Matang Ginalon, Kalimantan Selatan, mereka menghindari pernikahan, merintis usaha, mendulang emas, dan sebagainya di bulan Safar. Sebab, mereka percaya bahwa Safar merupakan bulan sial.
Kesialan di bulan Safar diyakini semakin menguat atau meningkat pada momen arba mustamir. Dikutip dari jurnal Amalan di Hari Arba’ Mustamir Bulan Safar susunan Wardatun Nadhiroh, keyakinan ini bersandar pada referensi klasik yang menyebutkan bahwa Allah menurunkan 3.333 jenis penyakit pada hari Rabu terakhir bulan Safar.
Namun, benarkah arba mustamir merupakan hari sial dalam pandangan Islam? Simak selengkapnya dalam pembahasan berikut.

Arti Arba Mustamir dalam Islam

Ilustrasi menandai tanggal arba mustamir pada kalender. Foto: Kwangmoozaa/Shutterstock
Arba mustamir adalah bahasa Arab untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar. Di tahun ini, arba mustamir bertepatan dengan tanggal 4 September 2024.
ADVERTISEMENT
Bulan Safar sendiri merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah. Menurut bahasa, safar artinya kosong. Disebut 'bulan kosong' karena orang-orang Arab pada zaman dahulu suka bepergian dan meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong di bulan ini.
Sebagian masyarakat Indonesia percaya bahwa bulan Safar merupakan bulan yang sial atau membawa bala dalam kehidupan. Kepercayaan ini bukanlah hal baru, karena jauh sebelum Islam datang, masyarakat Arab Jahiliah juga meyakini hal tersebut.
Setelah ajaran Islam datang, Rasulullah SAW langsung membantah anggapan tersebut. Beliau bersabda:
“Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR. Bukhari)
ADVERTISEMENT
Hadis inilah yang harus dijadikan sebagai pegangan bagi setiap umat Islam dalam memandang bulan Safar, khususnya pada hari Rabu terakhir bulan ini. Perlu dipahami pula bahwa Islam juga tidak mengenal adanya hari sial atau angka sial.
Ilustrasi berdoa pada hari arba mustamir. Foto: Nong2/Shutterstock
Suriani Jiddy, Lc dalam buku Informasi Kapuas menjelaskan lebih lanjut terkait keyakinan arba mustamir. Menurutnya, ini merupakan keyakinan yang tidak logis dan tidak benar. Sebab, semua yang terjadi di alam semesta ini berdasarkan kehendak Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Taubah ayat 51:
"Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”
Syeikh Ash Shabuni, seorang mufassir dan ulama yang berasal dari Suriah, menjelaskan bahwa ayat tersebut menegaskan tentang takdir Allah SWT. Maksudnya, tidak ada kebaikan atau keburukan, takut dan harap, sulit dan lapang yang menimpa manusia, kecuali itu sudah ditetapkan atau dituliskan oleh Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hendaklah orang-orang beriman menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT. Jangan sekali pun menggantungkan diri kepada hal lain selain Allah.
Lantas, bagaimana dengan hukum membaca doa yang diyakini perlu dipanjatkan pada arba mustamir?
Untuk menolak bala pada hari arba mustamir, sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa mereka harus memperbanyak amalan doa. Beberapa doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah Ayat Kursi, surat Yasin, dan doa Nabi Yunus yang berbunyi: laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu min al-zhalimin.
Membaca ayat-ayat Al-Quran memang perbuatan yang baik dan sah-sah saja dilakukan. Namun, seharusnya amalan ini tidak dikhususkan di hari arba mustamir saja, apalagi dengan keyakinan bahwa itu merupakan hari sial yang harus ditangkal dengan doa. Alangkah lebih baik jika doa-doa ini dipanjatkan secara rutin di hari-hari lain.
ADVERTISEMENT
(DEL)