Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Arti Auliya dan Maknanya dalam Ajaran Islam
31 Januari 2022 15:34 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Auliya merupakan salah satu kosakata bahasa Arab yang digunakan untuk para pemimpin Islam . Kata ini biasanya disematkan kepada khalifah, waliyullah, dan para ulama.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Arab, kata auliya artinya para wali. Mayoritas para ulama menafsirkan kata auliya dengan arti para pemimpin.
Soal itu, Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah memiliki pendapat lain tentang makna kata auliya. Menurutnya, kata auliya tidak hanya berarti pemimpin. Auliya merupakan bentuk jamak dari kata waliy yang makna sebenarnya adalah dekat.
Namun, kata tersebut berkembang menjadi makna-makna baru seperti pendukung, pembela, pelindung, yang mencintai, lebih utama, dan lain-lain. Sehingga, kata auliya memiliki beragam makna, tergantung apa konteksnya.
Makna kata Auliya
Mengutip dari buku Minoritas Dalam Pandangan Syariah Dan Ham Narasi Kaum Muda Muslim terbitan Literasi Nusantara, dalam konteks ketakwaan, kata auliya artinya penolong. Apabila digunakan dalam pergaulan dan kasih sayang, kata auliya berarti orang yang dicintai.
ADVERTISEMENT
Lalu, dalam konteks hubungan kekeluargaan, kata auliya diartikan sebagai orang yang berhak menerima harta warisan. Sedangkan dalam konteks ketaatan, kata auliya berarti orang yang harus ditaati ketetapannya.
Kata auliya juga disebutkan dalam beberapa surat Alquran . Salah satunya surat Al Imran ayat 28 yang berbunyi:
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Artinya: Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali
ADVERTISEMENT
Yulian Purnama dalam buku Boleh dan Tidak Boleh Terhadap Non Muslim menjelaskan, ayat tersebut menjelaskan soal anjuran untuk berbuat baik kepada orang non-muslim hanya secara umum. Allah melarang umat Islam untuk menjadikan mereka sebagai pemimpin. Dikhawatirkan pengambilan keputusannya jauh dari syariat Islam.
Namun, jika menjadikan orang non-mulism sebagai partner dalam urusan ekonomi ataupun sosial, maka itu dibolehkan. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Mumtahanah ayat 8 yang berbunyi:
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
Artinya: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
ADVERTISEMENT
Rasulullah juga mengajarkan umat Muslim untuk menjaga toleransi kepada masyarakat non-muslim. Caranya adalah dengan menghormati kepercayaan mereka dan saling tolong menolong.
Dalam hadits yang dikutip dari buku Kajian Akhlak dalam Bingkai Aswaja karangan Ahmad Hawassy, Rasulullah SAW bersabda, “Agama yang paling dicintai di sisi Allah adalah al-hanifiyyah dan al-samhah." (HR. Bukhari)
Al- Hanifiyyah maksudnya lurus dan benar, al-samhah maksudnya penuh kasih sayang dan toleransi. Jadi, agama Islam pada hakikatnya agama yang berorientasi pada semangat mencari kebenaran secara toleran dan juga lapang.
(IPT)
Live Update