Konten dari Pengguna

Arti dan Makna Uswatun Hasanah dalam Ajaran Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
19 Januari 2022 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW. Foto: Adobe Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW. Foto: Adobe Stock
ADVERTISEMENT
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Berdasarkan banyak riwayat, disebutkan bahwa beliau dijadikan sebagai suri teladan karena merupakan sosok mulia dan tak ada satupun makhluk yang mampu menandinginya.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suri teladan berarti contoh yang baik atau pantas ditiru. Dalam Alquran, kata suri tauladan disebut juga dengan uswatun hasanah. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab: 21).
Berdasarkan ayat di atas, uswatun hasanah bisa pula dimaknai sebagai wadah bagi umat Islam untuk mengaharap rahmat Allah SWT. Caranya dengan mengikuti apa yang ada dalam diri Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT

Kemuliaan Nabi Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah

Kaligrafi Nabi Muhammad SAW. Foto: Adobe Stock
Hadad Alwi menjelaskan dalam buku Uswatun Hasanah, Nabi Muhammad SAW adalah simbol dan pembawa rahmat Allah SWT sehingga dijuluki sebagai nabiyyu-rahmah (Nabi yang penuh rahmat). Bahkan, kemuliaan beliau juga sudah diketahui para nabi sebelumnya.
Nabi Daud AS mengetahui kemuliaan Nabi Muhammad SAW melalui kitab Zabur yang diturunkan kepadanya. Nabi Musa AS mengetahui kemuliaannya melalui kitab Taurat. Lalu, Nabi Isa AS mengetahui kemuliaan Rasulullah melalui kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu Injil.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasannya ketika Nabi Musa AS berbicara dengan Allah SWT di Gunung Sinai, ia bertanya kepada Allah: "Ya Tuhanku, adakah Engkau telah mencipta- kan seorang makhluk yang lebih mulia di sisi-Mu daripada aku? Engkau telah memilihku di antara banyak manusia dan Engkau telah mengatakannya kepadaku."
ADVERTISEMENT
Allah SWT berfirman: "Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasanya Muhammad SAW itu lebih mulia di sisi-Ku daripada semua makhluk-Ku? Sudah Kuteliti semua kalbu hamba-Ku, maka saat ini tidak Aku dapati satu kalbu pun yang lebih merendah daripada kalbumu.
Oleh karena itu, Aku memilihmu di antara sekalian manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku. Maka hendaklah engkau mati dalam keadaan mengesakan-Ku dan juga dalam mencintai Muhammad." (HR. Ibnu Abbas).
Begitu mulianya Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam Alquran seringkali Allah SWT menyandingkan dirinya dengan beliau sebagai satu kesatuan. Salah satu ayat yang menjelaskan hal ini adalah surat At Taubah ayat 62.
يَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ لَكُمْ لِيُرْضُوْكُمْ وَاللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَحَقُّ اَنْ يُّرْضُوْهُ اِنْ كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ
ADVERTISEMENT
Artinya: “Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka mencari keridaan-Nya jika mereka orang mukmin.
Allah SWT juga memberikan kedudukan istimewa kepada Rasulullah SAW dengan mengabulkan seluruh permintaannya. Bahkan, Allah juga memastikan akan memberikannya sampai beliau merasa puas, sebagaimana firman-Nya:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ
Artinya: “Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.” (QS. Ad Dhuha: 5)
(NDA)