Arti FOMO dan Cara Mengatasinya agar Terhindar dari Ketergantungan Gadget

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
15 Juni 2022 11:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kecenderungan terhadap gadget. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecenderungan terhadap gadget. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
FOMO merupakan kependekan dari bahasa Inggris yakni Fear of Missing Out. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, FOMO artinya perasaan takut “tertinggal” karena tidak mengikuti kegiatan tertentu. Singkatnya, gangguan ini menyebabkan seseorang merasa takut jika berjauhan dengan telepon genggam mereka.
ADVERTISEMENT
Faktor utama yang membuat FOMO semakin fenomenal adalah tingkat penggunaan media sosial yang sangat tinggi, terutama di Indonesia. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku 99,9% Lolos Ujian Tulis UGM & Ujian Mandiri UNDIP terbitan Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hasil penelitian tentang FOMO menunjukkan bahwa sampel objek di bawah usia 30 tahun memiliki kecenderungan tertinggi mengalami fenomena ini. Uniknya, perempuan lebih banyak mengalami FOMO daripada laki-laki. Walaupun begitu, tak menutup kemungkinan gangguan ini dapat terjadi pada semua gender dan umur.
Adapun gejala yang dapat menandakan seseorang mengalami FOMO ini adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Apabila kondisi tersebut dibiarkan secara terus menerus, gejala FOMO akan memberikan dampak yang tidak baik bagi tubuh seperti kelelahan, stress, depresi, bahkan insomnia. Karenanya, penting diketahui gejala dari kondisi tersebut untuk dapat mencegah dan mengatasi kecenderungan ini.
Untuk mengetahui cara mencegah gangguan ini, berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi FOMO.
Ilustrasi kecenderungan terhadap gadget. Foto: Pixabay

Cara Mengatasi FOMO

Penelitian menunjukkan bahwa rasa takut kehilangan dapat berasal dari rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan akan kehidupan dan perasaan yang dimilikinya. Hal inilah yang dapat menjadi pemicu dalam penggunaan media sosial yang berlebihan.
Melansir laman Very Well Mind, berikut beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk mengatasi FOMO:

1. Mengubah Fokus Diri

Dibandingkan berfokus pada kekurangan, cobalah perhatikan apa yang dimiliki oleh diri sendiri. Seringkali seseorang berfokus pada kelebihan orang lain yang dimiliki di media sosial. Hal ini membuat seseorang tidak pernah merasa puas atas apa yang dimilikinya dan pencapaiannya.
ADVERTISEMENT
Tipsnya adalah memberi lebih banyak asupan konten yang positif ke diri sendiri, menyembunyikan orang-orang yang terlalu sombong, serta buatlah kegiatan yang nyaman untuk diri sendiri. Pilihlah sesuatu yang dapat membuat bahagia, bukan melemahkan kegembiraan.

2. Membuat Jurnal

Membuat jurnal dapat membantu seseorang dalam mengalihkan fokus dari publik ke apresiasi pribadi atas segala hal yang dapat membuat hidup lebih berwarna. Aktivitas ini dapat membantu seseorang keluar dari FOMO dan kegiatan media sosial yang buruk.
Dengan membuat jurnal, seseorang akan lebih terstruktur dalam menjalani hidup. Adapun tipsnya adalah dengan membuat to do list, mencatat apa yang dilakukan hari ini, dan lain sebagainya.
Ilustrasi cara mengatasi FOMO. Foto: Pixabay

3. Mencari Koneksi Nyata

Perasaan kesepian atau dijauhkan dari banyak orang sebenarnya adalah cara otak memberitahu bahwa manusia membutuhkan orang lain. Namun sayangnya, media sosial tidak dapat melakukan komunikasi secara nyata.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan melakukan chatting dengan banyak orang di media sosial, lebih baik mengatur pertemuan dengan seseorang secara langsung. Misalnya, pergi dengan teman, atau melakukan kegiatan sosial apa pun yang dapat membuat perubahan menyenangkan bagi hidup.
Dengan memperbanyak interaksi langsung akan membuat seseorang tidak lagi merasa kesepian dan dapat membantu mengatasi FOMO dalam dirinya.

4. Bersyukur

Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang dapat meningkatkan rasa syukur dapat membuat seseorang bersemangat. Dengan bersyukur, seseorang akan menyadari betapa banyaknya hal yang ia punya dan ia butuhkan dalam hidup.
Bersyukur atas apa yang telah dimiliki dapat membuat mental dan emosional menjadi sehat dan stabil. Selain itu, bersyukur akan membuat seseorang tak lagi melihat dirinya rendah dan selalu membandingkannya dengan pencapaian orang lain.
ADVERTISEMENT
(IMR)