Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Arti Gemah Ripah Loh Jinawi dan Peribahasa Bahasa Jawa Lainnya
25 Mei 2022 13:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Gemah ripah loh jinawi merupakan salah satu ungkapan atau peribahasa dalam bahasa Jawa yang cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia. Ungkapan ini biasa digunakan sebagai semboyan sebuah daerah, baik itu desa, kabupaten, kota, hingga provinsi.
ADVERTISEMENT
Menukil laman Pemerintah Daerah Kota Cirebon, gemah ripah mempunyai arti negara jembar (luas atau lebar) dan banyak rakyatnya. Sedangkan loh jinawi memiliki arti subur makmur.
Sehingga, ungkapan gemah ripah loh jinawi artinya perjuangan masyarakat sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang bercita-cita menciptakan perdamaian atau ketenteraman, kesuburan, kemakmuran, keadilan, mulia abad, dan tata raharja.
Sedangkan dalam buku Menggagas Pembelajaran Sastra Indonesia pada Era Kelimpahan (2021) disebutkan bahwa gemah ripah loh jinawi artinya tentram, makmur dan tanahnya sangat subur.
Ungkapan ini dulu digunakan pada masa kerajaan Majapahit yang kekayaan alamnya indah dan berlimpah. Masyarakatnya pun mempunyai kehidupan adil, tentram, makmur, dan sejahtera.
Peribahasa Jawa dan Artinya
Peribahasa merupakan ungkapan atau pepatah yang tidak menggunakan arti sesungguhnya. Bagi masyarakat Jawa, peribahasa digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat dituturkan secara terus terang.
ADVERTISEMENT
Berikut kumpulan peribahasa Jawa dan artinya yang dirangkum dari buku Kumpulan peribahasa Indonesia dari Aceh sampai Papua untuk SD, SMP, SMA & Umum karangan Iman Budhi Santosa.
1. Sadumuk bathuk, sanyari bumi, ditohi pati
Terjemahan: Menyentuh dahi (isteri), merebut sejengkal tanah, dilawan sampai mati.
Makna: Peribahasa ini menggambarkan sikap laki-laki Jawa dalam mempertahankan harga diri dan kehormatan sebagai suami (dan isterinya) sekaligus dalam mempertahankan Tanah Air (tanah atau bumi) sebagai warga negara. Artinya, kepemilikan akan perempuan (isteri) dan tempat tinggal (tanah) layak diperjuangkan atau dipertahankan dengan darah.
2. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung
Terjemahan: Menghalangi diberantas, melintang ditebas.
Makna: Peribahasa ini adalah tekad atau semboyan yang bertujuan untuk menghapus kezaliman yang mencengkeram masyarakat. Segala hal yang dihadapi akan dilawan, karena sudah di luar batas perikemanusiaan.
3. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah
ADVERTISEMENT
Terjemahan: Rukun damai membuat sentosa, bertengkar membuat rusak (kehancuran).
Makna: Peribahasa ini adalah salah satu dari sikap hidup masyarakat Jawa yang mendambakan kedamaian dan kerukunan dalam hidup bermasyarakat.
4. Desa mawa cara, negara mawa tata
Terjemahan: Desa punya adat-istiadat, negara punya aturan.
Makna: Peribahasa ini mempunyai arti pandangan di kalangan masyarakat Jawa yang menghargai keragaman (pluralitas). Di mana masing-masing lingkungan memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda-beda.
Keterkaitannya dengan negara adalah desa (lingkungan masyarakat) telah membentuk kebiasaan untuk lingkungan sendiri yang cenderung lebih lentur. Sedangkan negara membutuhkan hukum (peraturan) yang tegas dan sumbernya dari adat-istiadat yang tumbuh serta berkembang di masyarakat.
5. Ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga saka busana
Terjemahan: Nilai pribadi tergantung di lidah, nilai badan tergantung pada pakaian yang dikenakan.
Makna: peribahasa ini adalah nasihat untuk berhati-hati dalam berbicara, karena kata-kata akan dijadikan pegangan oleh banyak orang. Sedangkan busana akan berpengaruh kepada keindahan dan sopan santun seseorang.
ADVERTISEMENT
(DND)