Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Arti Gencatan Senjata yang Disepakati Hamas dan Israel
17 Januari 2025 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah 15 bulan perang yang menghancurkan kota Gaza, Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata (ceasefire). Kesepakatan ini diumumkan secara resmi pada Rabu (15/1) lalu, dan mulai diberlakukan pada Minggu (19/1) mendatang.
ADVERTISEMENT
Mengutip Al Jazeera, kesepakatan itu terdiri dari tiga tahapan perjanjian. Tahap pertama akan berlangsung selama 42 hari, sedangkan untuk rincian tahap kedua dan ketiga masih akan dinegosiasikan lebih lanjut.
Pada periode tahap pertama, disepakati gencatan senjata sementara yang ditandai dengan penarikan pasukan Israel dari dalam kota Gaza ke perbatasan. Setelah itu, akan dilakukan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.
Apakah kesepakatan gencatan senjata ini berarti perang antara Hamas dan Israel benar-benar usai? Sebenarnya, gencatan senjata artinya apa? Simak jawabannya dalam ulasan di bawah ini.
Gencatan Senjata Artinya Apa?
Merujuk Guide Humanitarian Law, gencatan senjata artinya kesepakatan yang mengatur penghentian semua aktivitas militer selama jangka waktu tertentu di suatu wilayah. Gencatan senjata dapat dideklarasikan secara sepihak, atau dinegosiasikan bersama pihak yang berkonflik.
ADVERTISEMENT
Perlu dicatat bahwa gencatan senjata tidak menghentikan permusuhan atau peperangan, tapi hanya menjeda aktivitas militer untuk sementara. Ini berbeda dengan perjanjian damai yang menunjukkan akhir dari suatu peperangan.
Menurut hukum humaniter, periode gencatan senjata ini dapat dimanfaatkan untuk pemindahan, pertukaran, dan pengangkutan orang-orang yang terluka atau sakit akibat pertempuran. Namun, tujuan utama gencatan sebenarnya bukan untuk melakukan tindakan kemanusiaan semata.
Gencatan senjata adalah keputusan militer yang sering kali digunakan untuk menyusun tujuan strategis dalam perang. Misalnya, mengumpulkan kekuatan, mengevaluasi otoritas dan rantai komando lawan, atau melakukan negosiasi.
Meskipun gencatan senjata terlihat sebagai sesuatu yang melegakan, tapi dalam laman Beyond Intractability ditegaskan bahwa keputusan ini tidak boleh membuat pihak yang berkonflik lengah. Sebab, gencatan senjata sering dijadikan alat manipulasi demi keuntungan politik.
Contoh yang bisa dilihat terjadi di Suriah. Dikutip dari laman The Conservation, gencatan senjata lokal dan perjanjian rekonsiliasi disepakati selama perang untuk memungkinkan evakuasi warga dari rumah ke tempat yang lebih aman, seperti Old Homs dan Daraya.
ADVERTISEMENT
Namun, presiden kemudian memberlakukan serangkaian keputusan yang memungkinkan rezim Suriah mengambil alih kembali properti warga secara permanen.
Contoh lain terkait invasi Rusia ke Ukraina. Gencatan senjata diterapkan untuk memberi kesempatan mengungsi pada warga kota Mariupol yang terkepung. Namun, tak lama setelah itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia meletakkan ranjau darat untuk menghalangi warga sipil mengungsi.
Dalam kasus lain, Rusia menawarkan kesepakatan “koridor kemanusiaan” atau tempat yang aman untuk warga sipil Ukraina. Namun, tempat yang katanya aman itu justru makin mendekatkan warga sipil ke wilayah Rusia dan sekutunya.
Pada intinya, gencatan senjata bukanlah akhir dari sebuah peperangan, tapi hanya berhenti perang sementara. Meski begitu, ini merupakan keputusan paling logis dan mudah digapai yang dapat menghentikan kekerasan untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Baca Juga: Poin-poin Utama Gencatan Senjata Gaza
(DEL)