Arti Inabah dan Empat Ciri Calon Penghuni Surga Lainnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
18 Mei 2022 9:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh sifat Inabah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh sifat Inabah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dengan memperbanyak istighfar, seorang Muslim dapat menghapus dosa yang telah diperbuat, tentunya disertai dengan memohon ampunan. Selain memohon ampun, Allah SWT juga mencintai hamba-Nya yang memiliki sifat ingin bertaubat dan memperbaiki kesalahannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Ali-Imran ayat 135 yang berbunyi:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imran [3]: 135)
Salah satu sifat yang telah dijelaskan di atas yakni Inabah. Alhamuddin dkk menjelaskan dalam bukunya Agama dan Pecandu Narkoba: Etnografi Terapi Metode Inabah, bahwa inabah artinya “kembali” atau datang kembali kepada Allah SWT dengan hati yang sudah bertaubat dari kemaksiatan.
ADVERTISEMENT
Hakikat Inabah adalah menghadap qalbu kepada ketaatan Allah SWT, karena Inabah merupakan inti dari ibadah yang agung. Allah SWT memberikan sifat para nabi serta hamba-hambanya yang beriman dengan sifat Inabah ini. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمٰنَ وَاَلْقَيْنَا عَلٰى كُرْسِيِّهٖ جَسَدًا ثُمَّ اَنَابَ
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sait), kemudian dia bertaubat.” (QS. Shad [38]: 34)
Ilustrasi penghuni surga. Foto: Pixabay
Ibn Al-Qayyim menambahkan, Inabah merupakan kembali menggapai ridha Allah SWT dengan disertai taubat dan mengikhlaskan niat untuk memperoleh kebahagiaan dan hidayah dari Allah SWT.
Di samping itu, Inabah juga merupakan salah satu dari empat ciri calon penghuni surga yang telah dijelaskan dalam surat Qaaf ayat 31-35 yang artinya:
ADVERTISEMENT
“Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Kepada mereka dikatakan), ‘Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).
(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi’. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya.” (QS. Al-Qaaf: 31-35)
ilustrasi berdoa. Foto: Billion Photos/Shutterstock

Empat Ciri Calon Penghuni Surga

Arsyis Musyahadah menuliskan dalam bukunya Be a Great Moslem bahwa Allah SWT berjanji untuk mendekatkan surga kepada orang-orang yang bertakwa dengan ciri-ciri tertentu. Empat ciri calon penghuni surga selain inabah, antara lain:
ADVERTISEMENT

1. Awwab

Awwab adalah orang yang kembali kepada Allah SWT dari kemaksiatan. Dalam makna lain disebutkan bahwa awwab artinya pulang kepada dzikrullah setelah melalaikan Allah SWT.
Ubaid ibn Umar menjelaskan, awwab adalah mereka yang mengingat dosa-dosanya lalu beristighfar dan bertaubat. Sedangkan Imam Mujahid mengatakan bahwa awwab merupakan orang yang mengenang kesalahannya saat sendirian, kemudian ia memohon maghfirah (ampunan) kepada Allah SWT.
Ilustrasi Inabah. Foto; Pixabay

2. Hafidz

Hafidz yakni memelihara aturan-aturan Allah SWT. Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud dari memelihara semua peraturan Allah adalah menjaga apa pun yang diamanatkan oleh Allah SWT kepadanya dan segala hal yang difardhukan atasnya.
Qatadah berucap bahwa memelihara semua peraturan Allah adalah merawat segala hak dan nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Sebab nafsu memiliki dua kekuatan yakni kekuatan untuk menuntut dan kekuatan untuk menahan.
ADVERTISEMENT
Seorang Hafidz menggunakan kekuatan untuk mendorong dirinya kembali ke jalan Allah. Sedangkan kekuatan menahan digunakan untuk menghindari berbagai maksiat dan larangan Allah SWT.
Terlebih karena sifat mendasar dari iman manusia adalah fluktuatif, yakni selalu naik turun dan tidak selalu konsisten. Oleh karena itu, memupuk keimanan dengan amal salih merupakan kewajiban bagi seorang Muslim.

3. Khasyyah

Secara bahasa, khasyyah artinya adalah takut. Khasyyah merupakan rasa takut seorang hamba yang disebabkan oleh ilmu yang dimilikinya.
Semakin besar rasa khasyyah dalam diri seseorang, maka makin besar pula rasa cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan memiliki rasa tersebut, seorang hamba dapat melakukan semua amalan yang telah diperintahkan demi menunjukkan cintanya kepada Allah SWT.
Memiliki rasa khasyyah dapat meminimalisir perbuatan maksiat seorang hamba, karena ia selalu merasa bahwa Allah ada di mana-mana dan mengawasi tingkah lakunya. Dengan begitu, seseorang akan takut ketika ingin melakukan perbuatan maksiat.
ADVERTISEMENT
(IMR)