Arti Kidzib, Sifat Mustahil bagi Rasul yang Harus Dihindari

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
5 Oktober 2021 18:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berbohong Foto: Dok. Shuterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbohong Foto: Dok. Shuterstock
ADVERTISEMENT
Percaya kepada Nabi dan Rasul adalah rukun iman ketiga yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Iman kepada rasul artinya meyakini dan mempercayai bahwa Allah mengutus mereka untuk menyebarkan ajaran Islam kepada umat-Nya.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan tugasnya, Nabi dan Rasul dianugerahi sifat-sifat terpuji yang dapat diteladani oleh umat Muslim. Hal ini dijelaskan melalui firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 berikut yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.”
Selain sifat terpuji, Rasul juga memiliki sifat tercela yang mustahil ada pada dirinya. Sifat tersebut jumlahnya ada empat, salah satunya adalah kidzib. Apa itu kidzib dan bagaimana penerapannya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Pengertian Kidzib, Sifat Mustahil Rasul

Mengutip buku Aqidah Akhlak oleh Ahmad Kusaeri (2008), kidzib artinya berbohong atau dusta. Rasul sebagai makhluk mulia tidak mungkin berbohong atau berdusta, baik dalam perkataan maupun perbuatannya.
Pinokio si Tukang Bohong (Ilustrasi). Foto: Pixabay
Allah Swt berfirman dalam surat an-Najm ayat 1-4 berikut yang artinya:
ADVERTISEMENT
“Kawanmu (Muhammad) tidaklah sesat dan tidak pula keliru, dan tidak pula yang diucapkan itu (Al Quran) kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dusta bukanlah sifat dasar Nabi Muhammad SAW sebagai rasul Allah. Sebab, semua yang diucapkan beliau bukan berasal dari dirinya, melainkan dari Allah Swt. Sehingga, mustahil jika rasul memiliki sifat dusta.
Sebaliknya, rasul justru memiliki sifat jujur yang biasa disebut shidiq. Sifat terpuji ini menunjukan bahwa ajaran yang disampaikan olehnya adalah kebenaran yang nyata. Dalil sifat shidiq antara lain surat Al-Ahzab ayat 22:
“Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.”
Dari pemaparan di atas telah jelas bahwa umat Islam dianjurkan untuk menjauhi sifat dusta dan meneladani sifat jujur. Mengutip buku Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, kejujuran akan menyelamatkan seorang Muslim dari siksaan Allah dan kebohongan akan mencelakakannya.
Ilustrasi ketegangan hubungan antara anak dan orang tua Foto: Shutterstock
Dari Ibnu Mas'ud RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : "Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seorang hamba itu berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta". (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Timidzi)
ADVERTISEMENT
Hadist tersebut menjelaskan anjuran untuk berbuat jujur. Sebab, kejujuran adalah sarana menuju segala kebaikan dan kebohongan adalah sarana menuju segala kejahatan.
Barangsiapa yang membiasakan diri dengan kejujuran, maka itu akan menjadi perangai baik baginya. Dan barangsiapa yang membiasakan dusta, maka itu akan menjadi karakter buruk baginya.
(MSD)