Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Arti Memento Mori dalam Seni yang Berkaitan dengan Kematian
22 November 2022 11:34 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memento mori merupakan istilah Latin kuno yang digunakan sebagai pengingat akan kematian. Arti Memento mori dalam bahasa Indonesia adalah “ingatlah akan kematianmu” atau “ingatlah untuk mati”.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman dailystoic.com, Memento mori bukan istilah yang diciptakan untuk menebar ketakutan, tetapi untuk menginspirasi dan memotivasi setiap manusia guna menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
Dengan menggunakan Memento mori sebagai pengingat, manusia diharapkan mampu menghargai waktu yang dimiliki dan berusaha yang terbaik daripada hanya mengeluh atau merasa sedih.
Asal Usul Memento Mori
Menurut Mary Beard dalam The Roman Triumph, asal usul Memento mori diyakini bermula dari tradisi Romawi Kuno. Setelah kemenangan militer yang besar, masyarakat biasanya mengadakan pawai dan mengarak jenderal perang dengan kereta yang ditarik empat ekor kuda.
Jenderal tersebut dipandang sebagai dewa oleh pasukan dan masyarakatnya. Di belakang sang jenderal akan berdiri seorang budak yang bertanggung jawab untuk mengingatkan bahwa kejayaan ini fana dan kematian akan tetap menghampiri.
ADVERTISEMENT
Selama pawai berlangsung, budak akan terus membisikkan kalimat, “Respice post te. Hominem te esse memento. Memento mori!”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kalimat ini artinya:, “Lihat ke belakang, ingat kamu fana, ingatlah untuk mati!”
Arti Memento Mori dalam Seni dan Contohnya
Kesenian ini berawal dari tradisi penguburan Mesir Kuno pada periode abad pertengahan. Masyarakat membangun piramida dengan struktur batu sebagai makam untuk raja-raja Mesir Kuno dan bangsawan lainnya.
ADVERTISEMENT
Mumi dan piramida yang diciptakan oleh mereka menggambarkan bahwa prinsip “mengingat kematian” sudah mengakar dalam budaya Mesir Kuno. Dalam esai berjudul That to Study Philosophy is to Learn to Die, Michel de Montaigne menjelaskan bahwa masyarakat Mesir Kuno memiliki tradisi pesta atas kematian seseorang.
Pada akhir perayaan, mereka akan mengangkat kerangka mayat, bernyanyi, dan berteriak, “Minum dan bergembiralah! Karena kamu akan menjadi seperti itu ketika mati.”
Sejak saat itu, seni yang mengandung unsur Memento mori mulai berkembang dan merambah ke berbagai macam media, mulai dari peti mati, batu nisan, lukisan, aksesoris, hingga karya sastra seperti film, musik, dan sebagainya.
Ragam hias Memento mori dalam karya seni biasanya diwakili oleh beberapa figur atau lambang yang identik dengan kematian, di antaranya:
ADVERTISEMENT
(AAA)