Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Arti Mitos Makan di Depan Pintu yang Dipercaya Masyarakat Jawa hingga Kini
8 November 2022 17:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, mitos berasal dari kata “myth” dan “muthos” yang berarti kepercayaan atau acuan pola hidup masyarakat pada tatanan tertentu. Sedangkan secara istilah, mitos adalah suatu kepercayaan tradisional mengenai peristiwa ghaib dan hal-hal yang bersifat imajiner.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitos didefinisikan sebagai cerita suatu bangsa mengenai asal-usul alam semesta, manusia, dan bangsa itu sendiri. Mitos menjadi hal yang bersifat tidak nyata, khayalan, fiktif, dan imajinatif.
Mitos terkadang menjadi aturan dan norma tak tertulis di Indonesia. Aturan tersebut mengatur tata cara hidup dan perilaku manusia satu dengan manusia lainnya.
Contoh mitos yang masih dipercaya hingga kini yaitu mitos makan di depan pintu. Apa maknanya? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan dalam artikel berikut ini.
Mitos Makan di Depan Pintu
Mitos makan di depan pintu sering dikaitkan dengan pertanda bahwa seseorang akan kesulitan mendapatkan jodoh. Ini bisa berupa pembatalan lamaran, pembatalan pernikahan, cinta ditolak, dan lain-lain.
Mitos ini banyak dipercaya oleh masyarakat Jawa dan diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Masyarakat Jawa percaya bahwa seseorang yang makan di depan pintu bisa jauh dari jodohnya.
ADVERTISEMENT
Menurut tradisi, larangan makan di depan pintu merupakan ragam mitos sirikan (yang harus dihindari). Mitos ini masih berupa asosiatif, tetapi tekanan utamanya mengacu pada aspek ora ilok (tak baik) jika dilakukan.
Jika melanggar hal-hal yang telah disirik, seseorang akan mendapatkan akibat yang kurang menyenangkan. Kata ora ilok berarti tidak pada tempatnya untuk dilakukan, karena jika tetap dilakukan bisa mengganggu keharmonisan hidup masyarakat.
Bila ditelisik lebih lanjut, mitos ini sebenarnya adalah bagian dari etika Jawa di mana larangannya melambangkan sebuah ajaran yang bersifat mendidik dengan cara menakut-nakuti seseorang. Sebagaimana diketahui, zaman dulu belum ada sekolah atau akses ilmu parenting bagi orang tua.
Jadi, orang tua mendidik anak-anaknya dengan cara 'menakut-nakuti' mereka. Melalui metode ini, secara tidak langsung orang tua mengajarkan etika dan sopan santun.
Pintu merupakan akses keluar masuk sebuah ruangan. Jika pintu terletak di ruang tamu, tentu saja tidak baik bila ada anak yang menghalangi pintu masuk, sehingga para tamu merasa terganggu.
ADVERTISEMENT
Selain mitos makan di depan pintu, ada pula mitos lain yang masih dipercaya oleh masyarakat Jawa hingga kini. Dirangkum dari buku Ilmu Alamiah Dasar susunan Akas Pinaringin, dkk., berikut ragamnya:
ADVERTISEMENT
(MSD)