Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Arti Musyrik dalam Islam, Apakah Sama dengan Syirik?
8 April 2022 16:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Arti musyrik dalam Islam seringkali disangkutpautkan dengan istilah syirik. Keduanya memang sama-sama berarti menyekutukan Allah SWT, tapi tidak sama secara keseluruhan. Lantas, apa perbedaan musyrik dan syirik?
ADVERTISEMENT
Sejatinya, musyrik dan syirik sama-sama tergolong ke dalam perbuatan kafir. Sebagai orang-orang kafir, mereka gemar menyembunyikan atau menutupi kekufuran dan pura-pura Islam
Mengutip buku Shalat Tarik Jodoh tulisan Muhammad Syafi'ie el-Bantanie, Imam Qurthubi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan musyrik adalah semua orang kafir yang tidak memeluk islam, seperti kaum penyembah berhala, Majusi, dan Shabiah.
Yahudi juga digolongkan sebagai orang musyrik karena meyakini Nabi Uzair sebagai anak Allah. Begitu pula dengan Nasrani yang meyakini doktrin trinitas, serta orang-orang yang murtad (keluar dari Islam).
Sedangkan secara terminologi, syirik artinya membuat atau menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tambahan, objek pemujaan, atau tempat menggantungkan harapan dan dambaan.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa syirik adalah menyekutukan Allah dalam kekuasaan-Nya, zat-Nya, dan sifat-sifat-Nya, sedangkan musyrik adalah orang yang melakukannya.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami lebih dalam mengenai arti musyrik dalam Islam, simak informasi selengkapnya dalam ulasan berikut ini.
Arti Musyrik dalam Islam
Mengutip buku Ahl-Kitab: Makna dan Cakupannya dalam Alquran tulisan Muhammad Galib M., musyrik adalah perilaku menjadikan seseorang atau sesuatu untuk disembah. Orang kafir termasuk golongan musyrik karena menyembah selain Allah.
Ciri-ciri orang musyrik yaitu menyembah berhala, misalnya api, matahari, pohon, dan para dewa. Meminta pertolongan kepada jin, batu, keris, dan semacamnya juga dikategorikan dalam kemusyrikkan.
Seperti yang dijelaskan, orang Yahudi dan Kristen bisa dikatakan sebagai musyrik. Alasannya, mereka tidak mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul yang terakhir.
Kendati demikian, para ulama berselisih mengenai hal tersebut, apakah Ahli Kitab termasuk musyrik atau tidak. Jika dilihat dari sikap dan perilakunya, Ahli Kitab terkesan termasuk musyrik, tetapi hal itu tidak diungkapkan secara eksplisit dalam Al-Quran .
ADVERTISEMENT
Terlepas dari hal tersebut, satu hal yang pasti adalah musyrik termasuk dosa besar. Jika di dunia tidak mau bertaubat, maka di akhirat dosa orang musyrik tidak akan diampuni Allah SWT sehingga tidak bisa masuk surga. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
Tiga Macam Orang Musyrik
Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani dalam buku Hamba-Hamba yang Selamat dari Tipu Daya Musuhnya menuliskan ada tiga macam golongan orang musyrik.
Golongan pertama yaitu musyrik murni. Mereka adalah orang yang perbuatan dan cara-cara ibadahnya sangat tidak sesuai dengan akidah Islam. Mereka lebih suka mengikuti perbuatan tidak sesuai dilakukan nenek moyang mereka.
ADVERTISEMENT
Kedua ada musyrik perbuatan, yaitu orang-orang yang mengaku Islam, tetapi amal ibadahnya tidak mencerminkan seorang mukmin. Meski bersyahadat, sholat, puasa, dan mengerjakan ibadah lainnya, mereka masih percaya kepada hal-hal mistis dan benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Terakhir adalah musyrik pemujaan, yakni kaum Islam awam yang masih sering mengunjungi tempat-tempat keramat, seperti kuburan para wali, gua, dan sebagainya. Tujuannya bukan untuk berziarah, melainkan ingin mendapat berkah dari tempat-tempat tersebut.
(ADS)