Arti Rahmatan lil Alamin dalam Islam

Ilustrasi Al-Quran. Foto: Unsplash.

Rahmatan lil ‘alamin artinya perlu dipahami oleh setiap Muslim. Kalimat tersebut bersumber dari Al-Quran dan berkaitan dengan konsep ajaran Islam.

Secara harfiah rahmatan lil ‘alamin tersusun dalam dua kata yakni rahmatan dan lil ‘alamin. Dalam Bahasa Arab, rahmatan adalah kasih sayang, adapun lil ‘alamin artinya untuk semesta alam.

Untuk mengetahui lebih jauh makna rahmatan lil ‘alamin, simak informasinya dalam ulasan berikut.

Rahmatan lil Alamin Artinya Apa?

Ilustrasi Al-Quran. Foto: Unsplash.

Rahmatan lil ‘alamin artinya rahmat untuk semua alam. Merujuk Kamus Al Maaniy, rahmat memiliki makna kasih sayang atau simpati. Rahmat dapat muncul dari rasa simpati dan kepedihan hati saat melihat orang lain tidak berdaya yang disertai keinginan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Dikutip dari Majalah Nahdlatul Ulama Volume 29 (2007), rahmat terbagi menjadi dua berdasarkan cakupannya, yakni rahmat dalam cakupan rahman dan rahmat dalam cakupan rahim.

Rahmat dalam cakupan rahman sangat luas, termasuk untuk orang non Muslim, sedangkan dalam cakupan rahim hanya terbatas untuk kaum Muslimin saja.

Dengan demikian konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin artinya kehadirannya bersifat universal untuk semua makhluk hidup. Islam hadir dengan membawa kasih sayang dan perdamaian untuk alam dan manusia tanpa membeda-bedakan berdasarkan suku, ras, agama, dan lainnya.

Rahmatan lil 'Alamin juga mengandung makna bahwa ajaran Islam penuh dengan kasih sayang, cinta, persaudaraan, dan kedamaian.

Contoh Penerapan Rahmatan lil Alamin dalam Islam

Ilustrasi Al-Quran. Foto: Unsplash.

Ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin sudah banyak tercantum dalam Al-Quran dan hadits. Berikut ini contoh penerapan konsep rahmatan lil’alamin kehidupan sehari-hari sebagai berikut.

Menghargai perbedaan

Toleransi merupakan salah satu upaya dalam menciptakan perdamaian. Sebagai agama yang membawa kedamaian, Islam sangat menghargai perbedaan, termasuk dalam urusan agama. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Kafirun ayat 6, “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”.

Tidak memicu permusuhan

Tidak melakukan segala perbuatan yang memicu permusuhan dan kebencian. Di antara perbuatan yang memicu permusuhan di antaranya mengadu domba, fitnah bergosip, meremehkan orang lain, mengejek orang lain, dan menyebarkan berita bohong.

Larangan untuk tidak berperilaku yang menimbulkan permusuhan juga tercantum dalam Surat Al Hujurat ayat 11. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

(GLW)