Konten dari Pengguna

Arti Roasting dan Teknik Lainnya yang Sering Digunakan Seorang Komika

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 April 2022 9:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi roasting dalam komedi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi roasting dalam komedi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Roasting merupakan salah satu istilah atau teknik yang sering digunakan oleh seorang komika atau komedian dalam penampilannya. Tak jarang teknik ini sering kali diartikan sebagai sebuah tindakan untuk mengejek seseorang lewat lawakan atau lelucon.
ADVERTISEMENT
Dikutip melalui laman Dictionary Sensagent, roasting adalah teknik komedi yang di mana seseorang menjadi sasaran presentasi publik untuk dijadikan sebuah lelucon. Seorang komedian akan cenderung melakukan candaan dengan sengaja, namun bertujuan untuk menyerang kepribadiannya secara langsung.
Selain itu, seseorang yang dipilih untuk di-roasting juga dianggap oleh beberapa orang sebagai suatu kehormatan yang besar. Sebab individu tersebut dipilih berdasarkan ketenaran dan memiliki fakta unik di dalam hidupnya.
Namun sebelum memilih, seorang komika biasanya meminta persetujuan terlebih dahulu dari orang yang hendak di-roasting. Apakah ia keberatan atau tidak.
Meskipun komedi roasting mengandung ejekan terhadap seseorang, tetapi tetap tidak menghilangkan rasa hormat kepada orang tersebut dan tentunya dilakukan dengan sesuai etika. Selain teknik roasting, terdapat beberapa teknik lain yang sering digunakan dalam acara komedi. Apa Saja? Simak uraiannya di bawah ini.
ADVERTISEMENT

Teknik Lain yang Sering Digunakan dalam Komedi

Ilustrasi teknik lain dari komedi. Foto: Pixabay
Berikut ini adalah beberapa teknik lain yang sering digunakan oleh seorang komedian dalam penampilannya yang dikutip melalui laman Brettvincent, yaitu:

1. One Liner

One liner adalah bit atau materi ringkas yang hanya terdiri dari satu sampai tiga kalimat saja. Sehingga tak heran teknik ini menjadi yang paling simpel di dalam komedi.
Meski simpel, teknik ini perlu pemikiran yang lebih keras dari pada teknik lainnya. Seorang komedian harus dapat memanfaatkan set-up yang singkat untuk segera mengarahkan penonton ke respons yang diharapkan.

2. Set-Up

Set-Up merupakan teknik seorang komedian dalam membangun sebuah premis atau pengantar dari bit komedi yang diungkapkan atau mendeskripsikan situasi, baik secara singkat maupun panjang lebar ke bagian yang lucu.
ADVERTISEMENT

3. Act Out

Teknik komedi selanjutnya yang kerap digunakan oleh seorang komika adalah Act Out. Dalam teknik ini seorang komedian memperagakan sesuatu untuk menyampaikan pesan dengan memasukan unsur komedi di dalamnya. Biasanya teknik ini dilakukan secara berlebihan agar terlihat lucu dan dapat dipahami dengan mudah oleh penonton.
Ilustrasi stand up comedy. Foto: Pixabay

4. Punchline

Punchline adalah salah satu bagian terlucu dari sebuah lawakan yang ditampilkan oleh komika. Biasanya punchline berisikan respon dari sebuah deskripsi atau set-up yang sebelumnya disampaikan. Keberhasilan dari sebuah punchline ini ditentukan dari seberapa kuat seorang komedian membangun dan menggiring pikiran penonton melalui set-upnya.

5. Callback

Sebuah punchline bisa lucu berkali-kali apabila konteksnya dilakukan secara berulang, bahkan bisa menjadikan lelucon tersebut bertambah lucu. Ketika seorang komedian mengambil punchline yang telah ia gunakan, dan menyampaikannya secara berulang kali, maka itulah yang disebut dengan teknik callback.
ADVERTISEMENT

6. Riffing

Riffing yakni mengajak salah satu penonton untuk berinteraksi. Biasanya dalam riffing ini penonton dijadikan sebagai bahan atau objek lelucon.
Beberapa komika yang suka menggunakan teknik riffing cenderung mengamati penonton atau kondisi apapun yang ada di sekitar panggung. Bahkan sering juga digunakan sebagai jalan keluar bagi para komedian ketika sebuah leluconnya tidak mendapatkan respon yang diharapkan.
(IMR)