Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Ungkapan yang Sering Diucapkan Saat Waisak
8 Mei 2025 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta adalah salah satu ungkapan yang kerap muncul dalam perayaan Waisak. Ungkapan ini berasal dari bahasa Pali dan sering ditemukan dalam teks-teks Buddhis.
ADVERTISEMENT
Ungkapan ini menjadi bagian dari praktik spiritual yang dibaca atau dilafalkan dalam konteks meditasi dan doa. Orang akan sering menemukannya dalam kutipan, ajaran, atau tulisan yang berkaitan dengan ajaran welas asih.
Meski terdengar sederhana, rangkaian kata ini mengandung makna yang mendalam dan menyentuh. Lantas, apa arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta? Simak penjelasannya berikut ini.
Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Mengutip buku Feng Shui: Mitos & Fakta oleh Suhana Lim, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta adalah ungkapan dalam bahasa Pali yang artinya: "Semoga semua makhluk berbahagia." Ungkapan ini sering digunakan dalam ajaran Buddha sebagai doa untuk menyebarkan kasih sayang dan kebahagiaan.
Kalimat ini mengajak siapa pun untuk tidak hanya peduli pada manusia, tapi juga pada semua makhluk hidup lainnya, termasuk hewan dan tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ungkapan ini diucapkan saat momen-momen penting seperti Hari Raya Waisak sebagai harapan agar dunia ini dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan untuk semua. Kalimat ini juga sering digunakan saat meditasi atau doa-doa pribadi.
Selain Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, ada juga ucapan lain yang sering digunakan dalam ajaran Buddha, yaitu Sabbe Satta Avera Hontu. Kalimat ini mengandung arti: "Semoga semua makhluk terbebas dari permusuhan dan bahaya."
Makna kalimat tersebut adalah harapan agar tidak ada lagi kebencian, pertikaian, atau hal-hal yang bisa membahayakan semua makhluk hidup, baik manusia maupun hewan. Doa ini biasanya diucapkan saat bermeditasi atau dalam perayaan keagamaan sebagai wujud kepedulian dan cinta kasih terhadap sesama makhluk.
Sama seperti ungkapan sebelumnya, Sabbe Satta Avera Hontu juga mengajarkan tentang pentingnya saling menjaga, hidup rukun, dan menyebarkan rasa damai kepada semua.
ADVERTISEMENT
Tentang Perayaan Hari Waisak
Dalam buku Riwayat Hidup Buddha Gautama karya E. Swarnasa dijelaskan bahwa Waisak atau Trisuci Waisak adalah perayaan terpenting dalam ajaran Buddha yang memperingati tiga peristiwa agung dalam kehidupan Siddhartha Gautama
Tiga peristiwa yang dimaksud adalah kelahirannya, momen pencerahan (penerangan agung), dan saat ia mencapai parinirvana atau wafat. Ketiga peristiwa suci ini dipercaya terjadi pada hari dan bulan yang sama menurut kalender lunar Buddhis.
Perayaan Waisak dilakukan oleh umat Buddha di seluruh dunia dengan penuh kekhusyukan. Beberapa tradisi umum yang dijalankan antara lain meditasi bersama, pembacaan Dhamma (ajaran Buddha), persembahan bunga dan lilin di altar, hingga memandikan patung bayi Siddhartha sebagai simbol kesucian.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pelepasan lampion dan hewan ke alam bebas menjadi bagian dari tradisi untuk menyebarkan doa perdamaian dan kasih sayang kepada semua makhluk.
Di Indonesia, Waisak juga ditetapkan sebagai hari libur nasional dan perayaannya sering dipusatkan di Candi Borobudur. Biasanya akan digelar berbagai rangkaian acara seperti kirab, doa bersama, dan ritual pensakralan.
Penetapan tanggal Waisak mengikuti kalender lunar Buddhis, biasanya jatuh pada bulan Mei atau Juni. Untuk tahun 2025, Hari Raya Waisak jatuh pada tanggal 12 Mei.
(SAI)