Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Arti Uququl Walidain dan Bentuk-bentuknya dalam Ajaran Islam
7 Maret 2022 11:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam ajaran Islam , orangtua menempati posisi paling mulia setelah Allah SWT, sebab jasa mereka sungguh luar biasa. Maka, janganlah seorang anak itu durhaka atau uququl walidain terhadap orangtuanya.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Agar Kamu Masuk Surga oleh H. F. Rahadian, uququl walidain artinya melakukan perbuatan yang tidak baik kepada ayah dan ibu. Meskipun disebut walidain (kedua orang tua ), jika melakukan perbuatan yang tidak baik kepada salah seorang di antaranya (ayah atau ibu), tetap tergolong anak durhaka.
Islam melarang segala bentuk kedurhakaan seorang anak kepada orangtuanya. Bahkan, Rasulullah SAW menggolongkan perbuatan tersebut ke dalam dosa besar dan mereka yang berbuat demikian adalah penghuni neraka jahanam.
Lantas, apa saja bentuk-bentuk uququl walidain?
Bentuk-Bentuk Uququl Walidain
Agar tidak terjerumus pada dosa besar, pahami dan hindari bentuk-bentuk uququl walidain yang dikutip dari buku Surga yang Terlupakan karya Irsyad Ulibaad berikut ini.
ADVERTISEMENT
Ketika diberi perintah oleh ibu atau ayah untuk melakukan sesuatu, terkadang kita menjawabnya dengan “ah” dan semacamnya untuk menunjukkan kekesalan. Padahal hal ini dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar tidak menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu. Apabila di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentaknya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra ayat 23)
Dalam Islam, mencela dan menghina orang lain merupakan perbuatan yang tidak terpuji, apalagi jika dilakukan oleh anak terhadap orangtuanya. Sesungguhnya perbuatan ini merupakan dosa besar. Diriwayatkan dalam sebuah hadits.
ADVERTISEMENT
مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِنَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
Artinya: "Termasuk dosa besar, yakni seorang anak yang mencela kedua orangtua." Mereka bertanya, "Ya Rasulullah adakah orang yang mencela kedua orangtuanya?" Beliau menjawab, "Ya, seseorang mencela bapaknya, seseorang mencela ibu orang lain, dan orang lain tersebut mencela ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Memasang Wajah Masam dan Melotot
Menatap sinis, menunjukkan muka masam bahkan sampai melotot kepada orangtua merupakan bentuk kedurhakaan. Mengutip buku Berbakti Kepada Ayah Bunda tulisan Ahmad Isa Asyur, Aisyah r.a. mengatakan Rasulullah SAW bersabda, "Seorang anak yang membelalakkan matanya, maka ia termasuk anak yang tidak berbakti kepada orangtua." (HR. Baihaqi dan Ibnu Mardawih).
ADVERTISEMENT
Seorang anak sepatutnya tidak memberatkan orangtuanya dengan berbagai macam permintaan. Misalnya meminta ponsel model terbaru, meminta banyak uang, dan lain sebagainya. Terlebih jika keluarga memiliki kondisi keuangaan yang sulit.
Kewajiban orangtua adalah merawat, mendidik, dan menafkahi anaknya. Namun, seiring berjalannya waktu, keadaan akan berbalik.
Di usia lanjut, fisik dan mental orangtua tidak lagi mendukungnya untuk mencari nafkah. Maka, anaklah yang akan merawat mereka dan tidak membiarkan orangtua terlunta-lunta.
(EAR)