Asal Usul Danau Toba Menurut Cerita Rakyat Sumatera Utara

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2022 13:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Danau Toba. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Danau Toba. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Keindahan alam yang sangat memesona menjadikan danau ini sebagai objek wisata prioritas di kawasan Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pesona dan Daya Tarik Wisata di Indonesia karya Tahu N, Danau Toba adalah danau vulkanik dengan luas 1.700 km2 yang membentang di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Parapat, Kabupaten Toba, dan Kabupaten Ambarita di Provinsi Sumatera Utara.
Menurut para ahli, Danau Toba terbentuk karena letusan gunung berapi yang terjadi sekitar 73.000-75.000 tahun lalu. Letusan ini mengakibatkan terbentuknya kawah besar yang seiring berjalannya waktu terisi air hingga menjadi danau.
Di tengah Danau Toba, terdapat satu pulau vulkanik yang dikenal dengan nama Pulau Samosir. Pulau ini terbentuk karena tekanan magma dari dalam perut bumi yang sangat kuat secara terus-menerus.
Selain menyuguhkan pesona alam yang indah, Danau Toba dan Pulau Samosir juga memiliki legenda atau cerita rakyat yang sangat terkenal. Kisah ini dipercaya sebagai asal mula terbentuknya Danau Toba.
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa legenda asal usul Danau Toba yang berkembang di masyarakat Sumatera Utara? Simak cerita lengkapnya dalam ulasan berikut ini.

Asal Usul Danau Toba

Ilustrasi cerita rakyat asal usul Danau Toba. Foto: Pixabay
Dihimpun dari buku Cerita rakyat asli Indonesia karya Monika Cri Maharani, kisah terbentuknya Danau Toba bermula ketika seorang petani yatim piatu bernama Toba sedang memancing ikan di sungai.
Toba berharap mendapat ikan besar agar bisa segera dimasak dan dijadikan santapan makan malam. Setelah beberapa jam menunggu, ia berhasil mendapatkan seekor ikan yang sangat besar dengan sisik berwarna kuning keemasan.
Ketika Toba melepaskan mata kail dari mulut ikan tersebut, suatu keajaiban terjadi di depan matanya. Tiba-tiba saja ikan yang ia tangkap berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita.
ADVERTISEMENT
Melihat Toba yang terkejut dan tidak dapat berkata-kata, gadis cantik itu menjelaskan kalau dirinya terkena kutukan dewa. Toba kemudian memperkenalkan namanya, begitu pula dengan gadis ikan yang diketahui bernama Putri.
Suatu ketika, Toba memutuskan untuk menikahi Putri. Namun, Putri memberi syarat jika kelak mereka mempunyai keturunan, tidak ada satu pun yang boleh tahu bahwa ibunya adalah ikan. Toba menyanggupi janji tersebut, mereka lalu menikah, dan memiliki seorang anak yang diberi nama Samosir.
Pada suatu hari, Samosir diminta ibunya untuk mengantarkan makanan kepada Toba yang sedang berladang. Samosir yang seorang pemalas menolak permintaan sang Ibu. Namun, setelah dipaksa berkali-kali, ia akhirnya mau mengantarkan makanan dengan wajah masam.
Di tengah perjalanan, Samosir merasa lapar. Ia kemudian menghentikan langkahnya untuk beristirahat dan memakan hidangan yang seharusnya diberikan untuk sang ayah. Dengan makanan dan minuman yang tinggal sedikit, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju ladang.
ADVERTISEMENT
Setibanya di ladang, Samosir memberikan makanan dan minuman itu kepada ayahnya. Toba yang sejak pagi belum makan sama sekali langsung membuka bekal tersebut. Ia terkejut melihat makanan yang hanya tersisa sedikit.
“Mengapa makanan dan minumanku tinggal sedikit?” tanya Toba dengan wajah kesal ke Samosir.
“Jatah makanan dan minuman Ayah telah kumakan sebagian karena aku sangat lapar,” jawab Samosir.
Mendengar jawaban tersebut, Toba sangat marah dan kehilangan kesabaran hingga memaki Samosir, “Dasar anak keturunan ikan!”
Tanpa sadar, Toba telah melanggar janji yang ia sepakati dengan sang istri. Secara tidak langsung, ia telah memberi tahu Samosir kalau ibunya adalah ikan. Samosir lalu pergi dan mengadukan hal ini kepada ibunya.
Putri sedih dan tidak menyangka jika sang suami melanggar sumpahnya. Karena rasa sakit hati yang dalam, ia dan Samosir saling berpegangan lalu menghilang dalam sekejab. Bekas pijakan kaki ibu dan anak itu kemudian menyemburkan mata air yang amat deras.
ADVERTISEMENT
Toba menangis menyesali perbuatannya sendiri. Air matanya terus mengalir deras dan tidak dapat terbendung. Tak berapa lama, tanah tempat mereka tinggal berubah menjadi danau yang sangat luas dan berwarna kebiruan.
Penduduk setempat kemudian menamakan danau itu sebagai Danau Toba. Ada pun pulau kecil yang berada di tengah-tengah Danau Toba diberi nama Pulau Samosir yang mengingatkan kepada anak laki-laki Toba.
(AAA)