Konten dari Pengguna

Asal Usul Istilah Malam Jumat Kliwon dan Tradisinya dalam Masyarakat Jawa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
24 Januari 2022 10:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi malam jumat kliwon. Foto: Freepik.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi malam jumat kliwon. Foto: Freepik.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat Indonesia di tanah Jawa mengenal istilah weton sebagai penanda hari kelahiran dalam penanggalan Jawa. Tradisi ini sudah diyakini secara turun temurun bahkan hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Weton adalah penggabungan antara nama hari dengan pasaran, yaitu kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Di antara weton, ada satu hari yang dianggap mistis dan keramat yakni malam Jumat kliwon.
Beragam mitos yang berkembang di masyarakat menganggap malam ini sebagai waktunya makhluk gaib bergentayangan. Pada dasarnya, malam Jumat kliwon tidak menakutkan.
Justru hari Jumat atau malam Jumat memiliki kedudukan istimewa dalam Alquran. Hari ini menjadi satu-satunya hari yang diabadikan menjadi nama surat yaitu Surat Al Jumuah.
Lantas seperti apa asal usul istilah malam Jumat kliwon sebagai malam keramat?

Asal Usul Istilah Malam Jumat Kliwon sebagai Malam Keramat

Ilustrasi asal usul istilah malam jumat Kliwon. Foto: Freepik,
Asal usul istilah malam Jumat Kliwon sebagai malam keramat didasarkan pada perilaku leluhur zaman dahulu. Donatus Nugroho dalam buku Dendam Arah Jumat Kliwon menjelaskan, malam Jumat kliwon merupakan puncak dari tradisi puasa selama 40 hari.
ADVERTISEMENT
Urutan penanggalan jawa sendiri adalah wage, pon dan puncaknya yaitu kliwon. Menurut kepercayaan leluhur, mengamalkan puasa pada hari-hari tersebut mampu menolak segala bahaya. Jadi, para leluhur melakukan tradisi ini untuk mengingatkan amalan tersebut.
Alih-alih sebagai malam yang suci, malam Jumat kliwon menjadi malam yang penuh dengan kisah horor dan menyeramkan. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat Jawa yang melakukan ritual khusus seperti larung sesajen, ruwatan, dan tradisi lainnya pada malam Jumat kliwon.
Selain itu, masyarakat Jawa banyak yang percaya bahwa malam Jumat kliwon menjadi waktu turunnya genderuwo untuk mencari mangsa. Sehingga pada malam itu, banyak orang tidak berani untuk keluar rumah.
Anggapan tersebut semakin diperkuat dengan banyaknya film horor Indonesia yang mengisahkan malam Jumat kliwon sebagai malam yang mistis. Tak heran jika kisah seram malam Jumat Kliwon semakin mandarah daging sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Seperti disinggung di atas, banyak tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia yang dilaksanakan pada waktu malam jumat Kliwon. Berikut macam-macam tradisi yang biasa dilakukan pada malam Jumat Kliwon.

Tradisi Malam Jumat Kliwon

Ilustrasi tradisi leluhur. Foto: Wikimedia.
Dikutip dari buku Rahasia dan Keutamaan Hari Jumat oleh Komarudin Ibnu Mikam, daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta dikenal masih kental dengan ritual dan tradisi yang dilakukan pada malam Jumat Kliwon. Pada malam itu, masyarakat memandikan barang pusaka seperti keris, batu akik, tombak dan lain sebagainya dengan bunga tujuh rupa.
Di pantai Parangtritis, hampir setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, para pengunjung dan nelayan setempat melakukan upacara ritual. Acara ritual ini diwarnai dengan pelarungan sesajen dan kembang warna-warni ke laut. Puncak acaranya bisanya jatuh pada malam satu suro.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga tradisi malam Jumat kliwon yang dilakukan di Kabupaten Batang. Mengutip situs kemdikbud, tradisi ini diadakan dengan maksud untuk mengenang jasa leluhur dan nenek moyang yang membangun daerah Batang.
Tradisi ini dilakukan di Alun-Alun kota Batang setiap 35 hari sekali atau dikenal dengan selapan dina menurut perhitungan Jawa. Tradisi tersebut semakin meriah dengan adanya pasar malam di Alun-Alun Kota Batang. Jadi, adanya acara ini membantu menggerakkan roda ekonomi masyarakat Batang.
(IPT)