Konten dari Pengguna

Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah Ayat 222 tentang Masalah Haid

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
24 September 2021 17:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi asbabun nuzul asbabun nuzul surat al baqarah ayat 222. Foto: Freepik.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asbabun nuzul asbabun nuzul surat al baqarah ayat 222. Foto: Freepik.
ADVERTISEMENT
Asbabun nuzul surat Al Baqarah ayat 222 erat kaitannya dengan permasalahan menstruasi yang juga dikenal dengan haid. Secara istilah, menstruasi adalah keluarnya darah melalui kemaluan dari seorang wanita yang sehat.
ADVERTISEMENT
Surat Al Baqarah ayat 222 menjelaskan bahwa seorang wanita yang sedang mengalami haid, haram hukumnya untuk melakukan hubungan badan.
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Artinya: Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.
Asbabun nuzul surat Al Baqarah Ayat 222 juga berkaitan erat dengan tradisi umat Yahudi, Nasrani, dan orang-orang jahiliyyah pada zaman Nabi Muhammad. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak uraian berikut ini.
ADVERTISEMENT

Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah Ayat 222

Ilustrasi asbabun nuzul asbabun nuzul surat al baqarah ayat 222. Foto: Shutterstock.
Dikutip dari buku Wirid-Wirid Wanita Haid oleh Ridhoul Wahidi, dkk, pada masa Rasulullah ada di Madinah, umat Islam hidup berdampingan dengan masyarakat Yahudi, Majusi, dan Nasrani.
Pada waktu itu, umat Yahudi dan Nasrani memiliki tradisi yang sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Saat istrinya sedang haid, umat Yahudi tidak mau makan bersama, bahkan tidak boleh tinggal satu rumah.
Yola Hemdi dalam bukunya yang berjudul Rahasia Rumah Tangga Rasullah menjelaskan, tradisi tersebut tercipta karena umat Yahudi menganggap siklus menstruasi adalah kutukan Tuhan terhadap Hawa yang melakukan pelanggaran di surga. Akibatnya, kaum wanita pun mendapat diskriminasi ketika mengalami haid.
Dalam ajaran Yahudi, wanita yang sedang mengalami haid diwajibkan untuk memisahkan diri selama tujuh hari. Mereka tidak diperbolehkan melakukan kontak dengan masyarakat luas seperti biasanya. Mereka juga tidak diperbolehkan melakukan segala ibadah karena dianggap kotor.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Yahudi, umat Nasrani saat itu tetap menggauli istri-istrinya meskipun dalam keadaan haid. Sementara orang-orang Jahiliyah memperlakukan istri mereka yang sedang haid dengan melarangnya makan dan minum bersama. Tak hanya itu, mereka juga melarang tidur bersama dan diasingkan di luar rumah.
Ini sangat berbeda dengan pandangan Islam yang menganggap haid adalah fitrah dan siklus yang biasa dialami wanita dewasa. Pada kenyataannya, wanita saat haid banyak mengalami kendala, terutama fisik mereka akan mudah lelah.
Surat Al Baqarah Ayat 222 pun diturunkan guna memberikan solusi tepat atas tradisi tersebut. Islam tidak menjauhi wanita yang sedang haid, namun melarang keras para suami untuk menggaulinya. Suami diperbolehkan untuk menggauli istrinya setelah mereka bersuci kembali.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Asbabun Nuzul; Sebab Turunnya Ayat Al-Quran oleh Jalaluddin As-Suyuthi, penjelasan tersebut selaras dengan hadist Rasulullah dalam riwayat Muslim dan At-Tirmidzi. Rasulullah SAW bersabda, "Lakukanlah apa saja terhadapnya, kecuali ijma.
(IPT)