Konten dari Pengguna

Bentuk Perjuangan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda Pada Masa Penjajahan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
12 Oktober 2021 17:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sultan Hasanuddin. Foto: Kemendikbud.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sultan Hasanuddin. Foto: Kemendikbud.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sultan Hasanuddin merupakan Raja Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan dan termasuk pahlawan Indonesia yang sangat gigih melawan penjajah. Berkat kegigihannya, ia dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Wahana Ips Ilmu Pengetahuan Sosial oleh Yudhistira Ghalia Indonesia, Sultan Hasanuddin lahir pada 11 Januari 1631 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Beliau merupakan putra dari Sultan Muhammad Said, yang memerintah Kerajaan Gowa pada tahun 1653-1669.
Setelah naik tahta, Sultan Hasanuddin menggabungkan beberapa kerajaan kecil Indonesia bagian Timur untuk bersama-sama melawan Belanda. Perlawanan yang dilakukan Sultan Hasanuddin bermula dari keinginan Belanda untuk menguasai pelabuhan Makassar.
Banyak pedagang di Makassar yang mengalami kemunduran karena kehadiran Belanda. Oleh karena itu, rakyat Makassar berusaha mengusir Belanda bersama Sultan Hasanuddin. Untuk mengetahui bentuk perjuangan Sultan Hasanuddin melawan Belanda, simak ulasan singkat berikut!

Bentuk Perjuangan Sultan Hasanuddin Melawan Belanda

Ilustrasi Sultan Hasanuddin. Foto: Kemendikbud.
Dikutip dari buku Horizon IPS oleh Yudhistira Ghalia Indonesia, Sultan Hasanuddin merupakan raja yang sangat gigih melawan para penjajah. Pertempuran antara Belanda dan Makasar meletus pada tahun 1660. Pada saat itu, Belanda sangat kewalahan menghadapi Sultan Hasanuddin.
ADVERTISEMENT
Pertempuran antara Kerajaan Gowa dengan Belanda ini berakhir dengan perdamaian. Bentuk perjuangan Sultan Hasanuddin melawan Belanda tidak hanya sampai di sini.
Sebab, perdamaian itu justru banyak merugikan rakyat Gowa. Sehingga, pada tahun 1666 Sultan Hasanuddin kembali menggencarkan perlawanan terhadap Belanda.
Dalam peperangan tersebut, Belanda menggunakan taktik strategi devide et impera. Belanda mengadu domba Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, Raja Bone. Pada saat itu, Raja Bone memang memiliki dendam dengan Sultan Hasanuddin karena pernah dikalahkan dalam sebuah peperangan.
Dikutip dari buku Wahana Ips Ilmu Pengetahuan Sosial, Belanda yang bersekutu dengan Aru Palaka berhasil mengalahkan Hasanuddin dan membuatnya terpaksa menerima tawaran damai dalam Perjanjian Bongaya, yang ditandatangani di Desa Bongaya.
Dikutip dari buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) oleh Nana Supriatna, dkk., dalam Perjanjian Bongaya tersebut, Belanda mempunyai kekuasaan mutlak untuk memonopoli perdagangan di Sulawesi dan Maluku. Meskipun begitu, perjanjian ini tidak berhasil memelihara perdamaian dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Sultan Hasanuddin tertekan oleh isi perjanjian itu. Sehingga, pada April 1667 ia kembali melancarkan serangan terhadap Belanda. Pertempuran tersebut berlangsung selama berbulan-bulan. Hingga akhirnya pada 24 Juni 1668 Belanda meruntuhkan pertahanan Kerajaan Gowa.
Setelah melemahnya Kerajaan Gowa karena jatuhnya Benteng Sombaupo, Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari tahta kerajaan. Meskipun begitu, ia tetap tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Dikutip dari buku Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler oleh Amir Hendarsah, Sultan Hasanuddin meninggal dunia pada tanggal 12 Juni 1670.
Dari penjelasan di atas, perjuangan Sultan Hasanuddin layak diteladani dan diberi penghargaan. Hal-hal yang dapat dipelajari dari perjuangan beliau adalah kegigihan dan keberanian dalam menghadapi penjajah yang sewenang-wenang tanpa kenal menyerah.
(IPT)
ADVERTISEMENT