Konten dari Pengguna

Biografi Moh Hatta, Wakil Presiden Pertama Indonesia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
16 Juli 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 17 September 2024 10:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Moh. Hatta. Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Moh. Hatta. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sejak Indonesia merdeka, nama Moh Hatta semakin dikenal di seluruh penjuru dunia. Namanya bersanding dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.
ADVERTISEMENT
Bersama Ir. Soekarno, Hatta memiliki peran sentral dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia hingga memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945.
Sebelum menjadi wakil presiden, pria yang akrab dipanggil Bung Hatta tersebut pernah menjabat sebagai perdana menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Pada 1956, ia melepas jabatannya sebagai wakil presiden karena berselisih dengan Soekarno.
Semasa hidupnya, Hatta dikenal akan komitmennya pada demokrasi. Ia juga memiliki banyak sumbangsih di bidang ekonomi, khususnya terhadap perkembangan koperasi Indonesia, hingga ia diberi julukan Bapak Koperasi Indonesia. Untuk mengenang sosoknya, berikut biografi Moh. Hatta.

Latar Belakang Keluarga

Mohammad Hatta lahir dengan nama Mohammad Athar pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Haji Mohammad Jamil dan Siti Saleha.
ADVERTISEMENT
Sejak usianya baru menginjak tujuh bulan, Hatta harus ditinggal ayahnya yang meninggal dunia pada usia 30 tahun. Setelahnya, sang ibu menikah lagi dengan Mas Agus Haji Ning.
Keluarga Hatta merupakan keluarga yang cukup berada dan terpandang. Kakek dari pihak ibunya merupakan pedagang sukses yang terkenal hingga ke Belanda. Sementara, kakek dari pihak sang ayah memiliki surau di Batuhampar yang menjadi tempat orang belajar agama.

Pendidikan

Mohammad Hatta. Foto: Dok. ANP
Semangat belajar Hatta yang tinggi sudah dipupuk sejak usianya masih kecil. Dalam buku Biografi Singkat Muhammad Hatta oleh Rohmat, diceritakan bahwa Hatta hanya bersekolah di Sekolah Rakyat hingga tahun ketiga. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah belanda Europeesche Lagere School (ELS).
Setelah menamatkan studinya di sana pada tahun 1916, Hatta meneruskan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang. Tiga tahun menuntut ilmu di sekolah tersebut, Moh. Hatta pergi merantau ke Jakarta untuk bersekolah di sekolah dagang Prins Hendrik School. Di sana, ia mendalami ilmu ekonomi dan perdagangan yang terus digunakan hingga hari tuanya.
ADVERTISEMENT
Merasa tak cukup, Moh. Hatta mengajukan permohonan beasiswa kepada pemerintah untuk memberangkatkannya sekolah ke Belanda. Namun, karena telat mengajukannya, Hatta akhirnya diberikan beasiswa oleh Yayasan Van Deventer. Akhirnya, ia pun berhasil pergi untuk belajar ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool, Belanda.

Moh Hatta dan Perhimpunan Indonesia

Di Belanda, Hatta aktif sebagai anggota Indische Vereeniging, organisasi mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Belanda yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Bersama kompatriotnya, Hatta memperjuangkan hak pendidikan rakyat Indonesia yang masih terbelakang.
Banyak ide Hatta yang diaplikasikan dalam organisasi tersebut. Ia juga menjadi sosok yang dikagumi oleh anggota Perhimpunan Indonesia lain berkat kecerdasannya.
Berkat kemampuannya itu, Hatta terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada tahun 1926 dan berhasil membawa organisasi tersebut lebih maju hingga diakui sebagai pos terdepan pergerakan kebangsaan Indonesia di Eropa.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak perannya dalam organisasi membuat Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Namun pada akhirnya dibebaskan karena Hatta melakukan pidato pembelaannya yang terkenal, Indonesia Free (Indonesia Merdeka).

Diasingkan hingga Menjadi Wakil Presiden Indonesia Pertama

Pembacaan teks Proklamasi. Foto: Wikipedia
Sepulangnya ke Indonesia pada tahun 1923, Hatta bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan menggulirkan pelatihan-pelatihan.
Pada 1934, bersama Sjahrir, Hatta diasingkan ke Digul, Papua akibat aksinya yang menentang pengasingan Soekarno kala itu. Pada masa pengasingan tersebut, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar dan rajin membaca buku yang dibawanya dari Jakarta.
Pada tahun 1942, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Hatta dan Sjahrir pun dibawa ke Jakarta setelah delapan tahun diasingkan.
ADVERTISEMENT
Pada awal Agustus 1945, Hatta ditunjuk sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan ikut merumuskan teks proklamasi Indonesia. Pada 18 Agustus 1945, tepat sehari setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Soekarno dan Hatta diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Moh. Hatta wafat pada 1980 dan jenazahnya dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Pada 23 oktober 1986, pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 081/TK/1896, menetapkan Hatta sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Sebagai bentuk penghargaan, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Soekarno-Hatta.
(ADS)