Biografi Singkat 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Peristiwa G30S/PKI

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
22 September 2022 17:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi 7 perwira korban G30S PKI. Sumber: sumbarprov.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 7 perwira korban G30S PKI. Sumber: sumbarprov.go.id
ADVERTISEMENT
Pahlawan revolusi adalah gelar pahlawan yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur pada peristiwa G30S/PKI. Peristiwa kelam ini terjadi pada tahun 1965 yang lebih dikenal dengan istilah Gestapu atau Gerakan September Tiga Puluh.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Seri IPS Sejarah SMP Kelas IX karya Drs. Prawoto (2007), gerakan 30 September dimulai dengan menculik para jenderal. Pasukan yang bertugas menjalankan rencana tersebut tergabung dalam pasukan Pasopati.
Lettu Dul Arief sebagai pemimpin memerintahkan pasukannya untuk berangkat dari Lubang Buaya pada pukul 03.00 WIB. Enam orang jenderal dan satu perwira menjadi korban pada peristiwa sadis itu.
Ketujuh korban tersebut adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Harjono Mas Tirtodarmo, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Pandjaitan, Brigjen Sutojo Siswamihardjo dan Lettu Pierre Tendean. Untuk mengenang sosoknya, berikut biografi 7 Pahlawan Revolusi selengkapnya untuk Anda.

Biografi Singkat 7 Pahlawan Revolusi

Tragedi G30S/PKI telah menggugurkan 7 Pahlawan Revolusi. Dikutip dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional karya Julinar Said, dkk., berikut biografi 7 pahlawan revolusi selengkapnya yang bisa Anda simak:
Korban G30S PKI, Foto: Kemdikbud

1. Jenderal Ahmad Yani

ADVERTISEMENT
Jenderal Achmad Yani yang lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922. Beliau merupakan putera dari Sarjo bin Suharyo dan Murtini. Saat dewasa, beliau mengikuti pendidikan Dinas Topografi Militer di Malang dan Bogor.
Berbagai prestasi pernah diraihnya pada masa perang kemerdekaan, antara lain berhasil melucuti senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, dirinya diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto.

2. Mayjen R. Soeprapto

Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920. Beliau menjalani pendidikan formalnya di MULO (setingkat SLTP) dan AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta.
Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan, tapi kemudian berhasil melarikan diri. Selepas pelariannya dari penjara, ia mengisi waktunya dengan mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai.
ADVERTISEMENT

3. Mayjen Harjono Mas Tirtodarmo

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. Beliau fasih berbicara dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Kemampuannya itu membuat dirinya menjadi perwira penyambung lidah yang sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan.
Korban G30S PKI, Foto: Kemdikbud

4. Mayjen S. Parman

Letjen Anumerta Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Pendidikan umum yang pernah diikutinya adalah sekolah tingkat dasar, sekolah menengah, dan Sekolah Tinggi Kedokteran. Dalam masa tugasnya, beliau berhasil membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling.

5. Brigjen D.I. Pandjaitan

Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada 19 Juni 1925. Setelah menempuh pendidikan formal, ia ditugaskan menjadi anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
ADVERTISEMENT

6. Brigjen Sutoyo Siswamihardjo

Mayor Jendral TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada 28 Agustus 1922. Sutoyo mengawali karirnya di militer pada 1945 sebagai anggota Polisi Militer dengan pangkat letnan dua. Pada 1948-1949 ia menjadi kepala staf Corps Polisi Militer (CPM) dengan pangkat kapten.

7. Lettu Pierre Tendean

Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean lahir pada 21 Februari 1939. Selama menjadi kapten, ia ditugaskan oleh badan intelijen Indonesia untuk menjadi mata mata di Malaysia karena pada waktu itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.
(MSD)