Konten dari Pengguna

Biografi Singkat R.A. Kartini, Pahlawan yang Melahirkan Emansipasi Wanita

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 April 2022 10:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
RA Kartini Foto: LPMP Kemdikbud
zoom-in-whitePerbesar
RA Kartini Foto: LPMP Kemdikbud
ADVERTISEMENT
Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal sebagai R.A Kartini merupakan tokoh nasional yang gigih memperjuangkan hak perempuan. Semasa hidupnya, beliau menjadi pelopor kemajuan bangsa sekaligus penggerak emansipasi wanita.
ADVERTISEMENT
Sebagai sosok yang cerdas, R.A. Kartini banyak mengemukakan gagasaannya terkait hak dan kedudukan seorang wanita. Beliau juga mendorong kesetaraan pendidikan untuk kaum perempuan yang sebelumnya lebih diutamakan untuk kaum laki-laki.
Karena perannya tersebut, banyak masyarakat yang menjadikannya sebagai simbol kesetaraan gender dan emansipasi wanita. Pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Hari kelahiran Kartini pada 21 April juga ditetapkan Soekarno sebagai hari perayaan besar yang kini disebut sebagai Hari Kartini. Untuk mengenal sosoknya lebih dekat, berikut biografi singkat R.A Kartini yang menarik untuk Anda simak.

Biografi Singkat R.A. Kartini

Mengutip buku Seri Pahlawan Nasional: R.A Kartini karya Watik Ideo, dkk., R.A Kartini lahir pada 21 April 1879 di Kota Jepara, Jawa Tengah. Beliau lahir di tengah keluarga bangsawan, di mana ayahnya adalah seorang Bupati Jepara bernama Mas Adipati Ario Sosroningrat.
Ilustrasi RA Kartini. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Status Kartini sebagai golongan priyayi menjadikannya berkesempatan untuk mengenyam pendidikan formal di Europese Lagere School (ELS) Jepara. Ini adalah salah satu sekolah elit yang hanya bisa diikuti anak-anak Belanda dan pribumi dari keluarga bangsawan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1898, tepatnya ketika berusia 12 tahun, Kartini menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar. Ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah, namun keiinginannya tersebut tidak terwujud.
Dijelaskan dalam buku Pendidikan Feminis R.A. Kartini karya Irma Nailul Muna (2017), saat itu, kesempatan mengenyam pendidikan bagi kaum perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan hanya boleh menempuh pendidikan sampai jenjang sekolah dasar.
Karena itu, Kartini pun menjalani masa pingitan dengan menetap di rumah dan menyiapkan diri untuk menjadi ibu rumah tangga. Di momen itu, Kartini banyak melahap ilmu pengetahuan dan buku-buku yang dibelikan ayahnya.
Kartini mendapat banyak pengaruh dari buku-buku bacaannya, di antaranya Max Havelaar, Surat-Surat Cinta, De Stile Kraacht, dan lain-lain. Dari bacaan tersebut, Kartini terinspirasi untuk memajukan perempuan pribumi yang berada di status sosial rendah.
RA Kartini. Foto: Pexels
Kartini pun merealisasikan cita-citanya dengan mendirikan sekolah khusus wanita di tanah kelahirannya, Jepara. Di sekolah tersebut, mereka diberi pelajaran menjahit, menyulam, dan memasak.
ADVERTISEMENT
Hingga pada 8 November 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang yang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat. Beruntung, suaminya itu mau mendukung gagasan Kartini untuk memajukan perempuan Indonesia.
Kartini diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita di timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang. Melalui sekolah ini, Kartini berhasil melahirkan perempuan-perempuan hebat dan cerdas.
RA Kartini dan Raden Adipati Joyodiningrat Foto: LPMP Riau Kemdikbud
Hingga pada 13 September 1904, Kartini melahirkan anak pertamanya yang diberi nama R.M. Susalit. Setelah melahirkan, keadaan kartini semakin memburuk dan ia pun mengembuskan napas terakhirnya pada 17 September 1904 di usia 25 tahun.
Meski meninggal di usia muda, Kartini telah membawa inspirasi bagi wanita Indonesia hingga kini. Sosoknya banyak berperan dalam mengangkat martabat wanita, memajukan pendidikan, serta menjamin hak-haknya.
ADVERTISEMENT
Surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di Eropa semasa hidupnya dibukukan oleh Mr.J.H Abendanon. Kumpulan surat itu kini dikenal dengan buku yang berjudul Habis Gelap terbitlah Terang.
(MSD)