Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Sunan Giri, Anggota Wali Songo yang Berdakwah Melalui Kesenian
23 Maret 2022 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sunan Giri boleh dibilang adalah tokoh yang paling banyak ditulis di dalam buku-buku babad Jawa . Sunan Ampel, Majapahit, Raden Patah, Kerajaan Islam, dan sejumlah nama lainnya, seolah merupakan suatu rangkaian kisah yang tidak lepas dari nama Sunan Giri.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang anggota Wali Songo , Sunan Giri memegang peranan penting dalam penyiaran agama Islam di Tanah Air. Kemasyhurannya sebagai mubaligh terkenal mulai dari rakyat biasa sampai pintu-pintu istana Kerajaan Majapahit.
Mengutip jurnal Karya Sastra Sunan Giri dalam Perspektif Islam tulisan Ahmad Yusuf Setiawan, Sunan Giri memanfaatkan kesenian untuk menyiarkan agama Islam.
Ia telah menciptakan sejumlah karya sastra berupa tembang dan permainan. Beberapa diantaranya adalah lagu Lir-ilir, Dandang Gula, dan permainan tradisional cublak-cublak suweng.
Untuk mengetahui lebih jauh sosoknya, simak biografi Sunan Giri berikut ini yang dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam MI Kelas VI tulisan Suhailid.
Biografi Sunan Giri
Sunan Giri lahir pada 1442 M dengan nama Jaka Samudra. Ayahnya, Syekh Maulana Ishak adalah keturunan Rasulullah SAW melalui jalur Husein, putra Sayyidah Fatimah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan sang ibu, Dewi Sekardadu, adalah anak Raja Blambangan, Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Maharaja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit pada 1350-1389 M.
Sunan Giri dilahirkan dalam situasi yang kurang mendukung. Sebab, tak lama setelah dirinya lahir, suatu penyakit mewabah di Gresik. Dianggap mendatangkan bencana, Bhre Wirabumi, sang kakek, memerintahkan agar cucunya dibuang ke laut.
Sunan Giri ditemukan oleh Nyi Ageng Pinatih, seorang saudagar kaya raya di Gresik. Sunan Giri kemudian dirawat dan dibesarkan Nyi Ageng Pinatih hingga berusia 7 tahun.
Ketika berusia 7 tahun, Sunan Giri yang kala itu masih bernama Jaka Samudra dititipkan ke Pesantren Ampel Denta yang didirikan Sunan Ampel. Nama Jaka Samudra kemudian diganti menjadi Raden Paku oleh Sunan Ampel.
ADVERTISEMENT
Di sanalah Sunan Giri belajar mengenai ilmu agama, Al Quran, hadits, fiqih, dan Tasawuf di bawah asuhan Sunan Ampel. Ia diberikan gelar Maulana Ainul Yaqin karena kecerdasannya menyerap ilmu agama.
Setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan di pesantren, Sunan Giri berangkat ke Tanah Suci. Dalam perjalanannya itu ia menyempatkan diri untuk menemui Syekh Maulana Ishak di Aceh.
Oleh sang ayah, Sunan Giri disarankan untuk memperdalam ilmu agama dan diberi pesan untuk membangun sebuah pondok pesantren di daerah Gresik.
Sebelum membangun pesantren, Sunan Giri juga sempat menjalankan usaha-usaha dagang milik ibu angkatnya. Tak hanya di wilayah Jawa, ia juga menjangkau daerah-daerah lain, salah satunya Makassar. Sunan Giri memanfaatkan kesempatan itu untuk berdakwah dan menyiarkan agama Islam lebih luas lagi.
ADVERTISEMENT
Teringat pesan sang ayah, Sunan Giri pun memutuskan untuk mendirikan pesantrennya sendiri yang diberi nama pesantren Giri Kedhaton.
Giri Kedaton didirikan di sebuah perbukitan di Gresik, pada tahun 1487 M. Seiring perkembangan Islam, Giri Kedaton tumbuh sebagai kota dan pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran Islam.
Sunan Giri wafat pada tahun 1505 M. Ia dimakamkan di sebuah bukit di dusun Kedaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
(ADS)