Konten dari Pengguna

Buah Khuldi, Sebab Diusirnya Nabi Adam AS dari Surga

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
7 September 2021 10:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nabi Adam diturunkan ke bumi. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nabi Adam diturunkan ke bumi. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Kisah Nabi Adam dan Siti Hawa menjadi salah satu cerita favorit dalam sejarah penciptaan manusia. Peristiwa diusirnya mereka dari surga karena memakan buah khuldi menjadi awal mula dari perkembangan manusia di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Mulanya, Nabi Adam tinggal di surga bersama sang istri, Siti Hawa. Mereka berdua menjalani kehidupan yang indah di surga dan menikmati segala hal yang telah disediakan oleh Allah SWT.
Namun, Allah melarang Nabi Adam dan Siti Hawa untuk mendekati suatu pohon bernama khuldi. Tak hanya itu, keduanya juga dilarang untuk memakan buah dari pohon tersebut.
Hingga pada suatu hari, iblis menggoda mereka untuk memakan buah khuldi. Kemudian Nabi Adam dan Siti Hawa pun tergoda, mereka memetik dan memakan buah tersebut.
Setelah itu, Nabi Adam dan Siti Hawa yang merasa begitu malu dan berdosa memohon ampun kepada Allah SWT. Meski Allah mengampuninya, sejak kejadian itu mereka harus keluar dari surga dan turun ke bumi untuk menjadi khalifah.
ADVERTISEMENT
Buah khuldi menjadi sebab diturunkannya Nabi Adam dan Siti Hawa ke muka bumi. Namun buah khuldi juga mengandung makna yang cukup dalam bagi umat manusia. Apa saja?
Ilustrasi Adam dan Hawa. Foto: pexels

Makna Buah Khuldi

Mengutip buku Menyegarkan Islam Kita karya Husein Ja'far, makna buah khuldi dalam peristiwa Nabi Adam dan Siti Hawa memiliki sudut pandang yang cukup luas. Nabi Adam adalah seorang nabi yang tentunya suci dari dosa (mashum).
Menurut Ja’far, meski sebuah pelanggaran, memakan buah khuldi bukanlah perbuatan berdosa, melainkan kegagalannya dalam mengindahkan nasihat Allah SWT. Sebab, larangan memakan buah khuldi bukanlah larangan maulawi, yakni larangan syar'i yang menjadikan pelakunya berdosa.
Namun, itu merupakan larangan irsyadi, yakni nasihat yang tak berkonsekuensi dosa tapi mendatangkan akibat berupa diturunkannya Adam dari surga. Dasar larangan irsyadi adalah hukum alam (sunnatullah), bukan syari'at Islam.
ADVERTISEMENT
Contoh dari larangan irsyadi ialah perintah Tuhan pada manusia agar selalu menjaga kesehatannya. Jika dilanggar, ia tidak berdosa namun akan menanggung konsekuensi berupa sakit.
Kemudian mengutip buku The Road to Freedom karya Malka, ada tiga makna utama dari kisah Nabi Adam ini. Makna ini dilihat dari sudut pandang karakteristik dan kodrat manusia.
Pertama, kebebasan adalah kodrat manusia yang membuat dirinya menjadi makhluk Tuhan yang sempurna. Kedua, keharusan baginya untuk menjadi manusia bebas. Dan ketiga, kewajiban untuk melakukan pemberontakan.
Ilustrasi nabi Adam. Foto: pixabay
Ketika memakan buah Khuldi, Nabi Adam menjelma menjadi makhluk yang bebas. Nabi Adam makan Buah Khuldi atas pilihannya sendiri.
Meskipun saat itu ada iblis yang membujuknya, tindakannya adalah tindakan bebas. Sebab, putusan terakhir sebuah tindakan, selalu ditentukan oleh diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Nabi Adam punya banyak pilihan. Nabi Adam bisa mengabaikan bujukan Iblis. Nabi Adam juga bisa makan buah lain dan terus berpegang pada janji Tuhan. Tapi, Nabi Adam justru memilih memakan buah Khuldi. Ini menandakan kodrat dan kewajibannya sebagai manusia yang bebas.
Selanjutnya, Nabi Adam adalah manusia pertama yang melakukan pemberontakan. Manusia adalah makhluk yang selalu berkehendak, berubah, dan mengingkari kenyataaan dengan menciptakan kenyataan baru.
Begitu juga Nabi Adam, ia punya kehendak dan berusaha mengingkari kenyataannya. Nabi Adam ingin abadi, itulah keinginannya. Sehingga Nabi Adam pun mengingkari nasibnya sendiri.
Ini karena Nabi Adam bukan benda ataupun hewan. Nabi Adam adalah seorang manusia yang menurut Nietzsche punya the will to power atau kehendak menjalani sesuatu.
ADVERTISEMENT
Karena kehendaknya ini, ia dan Siti Hawa harus menanggung konsekuensi dikeluarkan dari surga. Setelah itu ia ditugaskan untuk menjadi khalifah di muka bumi.
(MSD)