Cara Masuknya Islam Melalui Pendidikan dan Kesenian

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
21 Juni 2020 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cara Masuknya Islam Melalui Pendidikan dan Kesenian. Foto: wayangku.id
zoom-in-whitePerbesar
Cara Masuknya Islam Melalui Pendidikan dan Kesenian. Foto: wayangku.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk agama Islam paling banyak di dunia. Kondisi ini dimungkinkan oleh serangkaian proses Islamisasi selama berabad-abad. Umumnya, terdapat gagasan bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang.
ADVERTISEMENT
Peran pedagang dalam penyebaran agama Islam memang sentral, namun peran pengembara sufi dan tokoh agama juga tidak kalah penting. Mereka turut menyebarkan ajaran Islam, khususnya melalui pendidikan dan kesenian. Berikut penjelasan cara masuknya Islam di Nusantara melalui media pendidikan dan kesenian.

Masuknya Islam Melalui Pendidikan

Dikutip dari jurnal Islamisasi Nusantara dan Sejarah Sosial Pendidikan Islam karya M. Miftah Alfiani dkk, pengembara sufi dan tokoh agama ikut andil dalam proses masuknya Islam di Indonesia, terutama melalui pendidikan.
Proses pendidikan Islam pada awalnya tidak hanya pada satu tempat dan waktu tertentu. Di mana pun dan kapan pun ketika terjadi pertemuan antar muballigh, pedagang, dan penduduk pribumi, maka pada saat itu pula pendidikan Islam berlangsung.
ADVERTISEMENT
Penyebaran Islam melalui pendidikan awalnya terjadi di lingkungan keluarga, kemudian berkembang di surau, masjid, pesantren, dan akhirnya masuk di rumah para bangsawan.
Menurut catatan Ibnu Batutah, pendidikan Islam di Nusantara telah dilakukan pada masa kerajaan Islam pertama di Nusantara, yaitu di Perlak (840–1292 M), dan Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521 M).
Di Pulau Jawa, penyebaran Islam melalui pendidikan dilakukan oleh Wali Songo. Dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto, pesantren disinyalir merupakan hasil Islamisasi sistem pendidikan lokal yang berasal dari masa Hindu-Buddha. Saat itu, lembaga pendidikan lokal berupa padepokan dan dukuh banyak didirikan untuk mendidik para cantrik.
Oleh Wali Songo, padepokan tersebut diakulturasi dengan nilai-nilai Islam. Materi yang diajarkan pun diganti menjadi ilmu-ilmu Islam. Seiring dengan berjalannya waktu, padepokan berganti nama menjadi pesantren.
ADVERTISEMENT
Di pesantren, para ulama mendidik santri tentang agama Islam. Diharapkan, setelah selesai menuntut Ilmu, mereka dapat pulang ke kampung halaman untuk berdakwah menyebarkan Islam.
Pondok Pesantren. Foto: tebuireng.org

Masuknya Islam Melalui Kesenian

Selain pendidikan, kesenian juga menjadi media dakwah Islam. Hal tersebut diiringi dengan pemahaman terhadap kebudayaan masyarakat lokal.
Sebab, ketika agama Islam masuk ke wilayah Indonesia, kebudayaan Hindu masih berakar sangat kuat, khususnya di Pulau Jawa. Para penyebar agama Islam tidak mengubah kebudayaan tersebut, namun menggunakan kebudayaan yang telah ada sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam.
Penyebaran Islam melalui seni ini juga tidak lepas dari Wali Songo. Sunan Giri misalnya, berdakwah dengan menciptakan permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng, serta beberapa gending seperti Asmaradana dan Pucung.
ADVERTISEMENT
Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu menjadi gamelan khas Jawa yang menggunakan instrumen bonang. Beliau pula yang merupakan sosok di balik tembang "Tombo Ati”. Selain itu, Sunan Bonang juga seorang dalang yang menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.
Sementara itu, Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai media dakwah. Beliau juga merupakan tokoh pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.
Seni tersebut membuat banyak orang tertarik, bahkan berhasil membuat sebagian besar adipati di Jawa untuk memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.
Wayang Kulit di Museum Wayang Indonesia (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
(ERA)