Konten dari Pengguna

Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad yang Sesuai dengan Syariat Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
5 Oktober 2022 10:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Peringatan Maulid Nabi Muhammad. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Peringatan Maulid Nabi Muhammad. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Maulid Nabi merupakan salah satu momentum penting bagi umat Muslim yang dirayakan setiap tahunnya. Bentuk dan cara memperingat Maulid Nabi di setiap negara biasanya berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia umumnya menggabungkan ibadah dengan rangkaian tradisi, mulai dari yang sederhana hingga acara megah, seperti tradisi Sekaten dan Grebeg di Yogyakarta, tradisi Panjang Jimat di Cirebon, dan sebagainya.
Mengutip Encyclopedia of Islam, Maulid Nabi adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah. Kata maulid berasal dari bahasa Arab yang berarti “hari lahir”, sedangkan nabi merujuk kepada Nabi Muhammad SAW.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai karunia besar yang harus diingat dan disyukuri oleh seluruh penganut agama Islam. Oleh karena itu, peringatan Maulid Nabi dimaknai sebagai wujud kegembiraan dan rasa cinta kepada Rasulullah.
Lantas, bagaimana cara memperingati Maulid Nabi yang sesuai dengan syariat Islam? Simak penjelasan lengkapnya dalam ulasan berikut ini.
ADVERTISEMENT

Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi Maulid Nabi. Foto: Pexels
Dirangkum dari buku Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab, dan Sya’ban karya Udji Asiyah, para ahli sejarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi adalah Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, Raja Irbil (sekarang Irak) yang hidup pada tahun 549-630 M.
Data ini telah dibenarkan oleh seorang ahli hadist dan sejarah, Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa. Menurutnya, Sultan Al-Muzhaffar adalah raja yang mulia dan dermawan. Ia juga berjasa dalam banyak hal, salah satunya membangun Masjid Al-Jami Al Muzhaffari di lereng gunung Qasiyun.
Sultan Al-Muzhaffar Kukabri menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya. Beliau juga menjamu para tamu dengan hidangan makanan, memberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peringatan Maulid Nabi memang sudah ada sejak zaman dahulu. Tradisi ini kemudian melekat dan berlangsung secara turun temurun dalam masyarakat.

Cara Memperingati Maulid Nabi yang Sesuai dengan Syariat Islam

Ilustrasi Cara Memperingati Maulid Nabi. Foto: Pexels
Dalam ajaran Islam, peringatan keagamaan seperti Maulid Nabi boleh diselenggarakan tanpa berlebih-lebihan atau pemborosan. Terkait cara dan bentuk pelaksanaan Maulid Nabi, para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Menurut ahli hadist terkemuka dari mazhab Syafi’I, al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, peringatan Maulid Nabi dapat dilakukan dengan beberapa cara yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Peringatan Maulid Nabi sebaiknya tidak lebih dari sekadar melakukan amal kebaikan yang dianjurkan dalam agama Islam. Adapun dalil mengenai manfaat peringatan disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Dzariyat ayat 55 yang berbunyi sebagai berikut:
وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.” (QS-Al-Dzariyat [51]:55)
Peringatan yang dimaksud dalam ayat tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks, salah satunya Maulid Nabi. Dengan mengikuti acara peringatan Maulid Nabi, setidaknya umat Muslim akan meluangkan waktu dan melepaskan sementara kesibukan sehari-harinya untuk beribadah.
(AAA)