Konten dari Pengguna

Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan Sesuai Ajaran Rasulullah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
9 November 2022 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 21 Maret 2023 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cara menentukan awal dan akhir Ramadhan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cara menentukan awal dan akhir Ramadhan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Penentuan awal dan akhir Ramadhan kerap menimbulkan polemik di kalangan masyarakat Indonesia. Pasalnya, ada perbedaan metode yang digunakan MUI serta beberapa organisasi Islam dalam menentukannya.
ADVERTISEMENT
Sebagian menentukan awal dan akhir Ramadhan dengan cara membaca pasang surut air laut, sebagian lagi menggunakan metode hisab falakiyah, dan sebagian lainnya mengutamakan metode rukyatul hilal.
Lantas, bagaimana sebenarnya cara menentukan awal dan akhir Ramadhan yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW? Simak artikel di bawah ini untuk mengetahui penjelasannya.

Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan

Mengutip buku Fikih Puasa tulisan Mohammad Hafid, ada dua cara menentukan awal dan akhir Ramadhan yang disampaikan Rasulullah SAW. Cara pertama adalah rukyatul hilal, yaitu dengan melihat hilal atau bulan sabit pada malam tanggal 30 bulan sebelumnya (Sya’ban).
Ilustrasi Ramadhan. Foto: Pixabay
Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang melakukan rukyatul hilal hendaknya merupakan sosok yang dapat dipercaya dan tidak cacat dalam agamanya. Hal itu sesuai dengan hadits Ibnu Umar, dia berkata:
ADVERTISEMENT
Ketika semua orang sedang memantau awal bulan maka sayalah yang melihatnya, lalu saya laporkan kepada Nabi kemudian Rasulullah SAW berpuasa dan menyuruh seluruh kaum Muslimin untuk berpuasa.” (HR. Abu Dawud, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni)
Jika hilal sudah terlihat jelas saat dipantau, artinya esok hari sudah memasuki bulan Ramadhan dan kewajiban umat Muslim untuk berpuasa sudah dimulai. Namun, jika hilal tidak terlihat jelas karena langit sedang mendung atau berawan, kaum Muslimin diperintahkan untuk menyempurnakan bulan Ramadhan menjadi 30 hari.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika kalian melihat hilal maka berpuasalah, dan jika kalian melihat hilal maka berbukalah (akhirilah puasa kalian(, namun jika ila tak terlihat maka sempurnakanlah tiga puluh hari.” (HR. Muslim, Al-Nasa’I, dan Ibnu Majah)
ADVERTISEMENT
Penentuan akhir Ramadhan serta awal Syawal juga dilakukan dengan cara yang sama. Apabila hilal terlihat jelas pada malam ke-30 Ramadhan, berarti puasa harus dihentikan dan Hari Raya Idul Fitri jatuh esok harinya. Sebaliknya, apabila hilal tidak ada atau tidak terlihat jelas, lanjutkan puasa hingga genap 30 hari.
Ilustrasi Ramadhan. Foto: Pixabay
Selain kedua metode tersebut, sebagian kaum Muslimin juga menggunakan metode hisab falakiyah, yaitu memperkirakan hilal menggunakan perhitungan matematis dan astronomis. Dalilnya adalah sabda Rasulullah berikut:
Janganlah kalian berpuasa (Ramadhan) sampai kalian melihat hilal, dan janganlah kalian berbuka “mengakhiri puasa Ramadhan” sampai kalian melihat hilal, dan jika hilal terhalang dari kalian maka perkirakanlah (faqduru lah).” (HR. Malik)
Saepul Anwar dalam buku Kiat Sukses Ramadhan Ala Rasulullah SAW menuliskan, kelompok umat Muslim yang mengedepankan metode hisab memahami “perkirakanlah” atau “faqduru lah” dalam hadits tersebut sebagai keabsahan metodologi hisab.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, kelompok yang mengedepankan metode rukyatul hilal berpendapat bahwa “faqduru lah” lebih tepat dipahami dengan makna “genapkanlah atau sempurnakanlah”. Sehingga, metode rukyatul hilal tetap menjadi cara menentukan awal dan akhir Ramadhan yang paling diutamakan.
(ADS)