Cara Menghitung Tetesan Infus yang Benar Sesuai Petunjuk Medis

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
9 Mei 2022 11:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cairan infus. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cairan infus. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam dunia medis, infus diperlukan untuk memberikan makanan maupun obat dalam bentuk cairan kepada pasien. Nantinya, cairan tersebut akan dimasukkan melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik).
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam Buku Ajar Fluida karya Agus Rahman (2021), prinsip kerja infus mengandalkan laju aliran melalui klem selang infus. Jika klem digerakkan untuk mempersempit jalur aliran pada selang, maka laju aliran infus akan menjadi lambat. Hal ini ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus per menit yang keluar.
Sebaliknya, bila klem digerakkan untuk melebarkan jalur aliran pada selang, maka laju aliran infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan infus per menit yang keluar. Perhitungan ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Ada aturan khusus dalam ranah keperawatan yang mengatur prosedurnya. Lantas, bagaimana cara menghitung tetesan infus dengan benar? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Menghitung Tetesan Infus

Sebelum mengetahui cara menghitung tetesan infus, sebaiknya pahami dulu dasar prosedurnya. Umumnya, lokasi vena perifer yang sering digunakan untuk pemasangan infus adalah vena supervisial yang terletak di dalam vasia subkutan.
Ilustrasi cairan infus. Foto: pixabay
Sementara tempat infus yang memungkinkan ialah permukaan dorsal tangan, lengan bagian dalam, dan permukaan dorsal. Dalam kondisi tertentu, vena superfisial di kaki juga bisa digunakan sebagai lokasi pemasangan infus.
ADVERTISEMENT
Pemberian infus bisa dilakukan dengan dua cara, yakni manual dan menggunakan mesin otomatis. Dalam proses manual, diberlakukan rumus tertentu untuk mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM).

Persiapan menghitung tetesan infus

Menghitung tetesan infus bisa dilakukan dengan cara yang sama, yakni menggunakan rumus jumlah tetesan per menit (TPM). Persiapannya sederhana, Anda hanya memerlukan peralatan dasar seperti jarum dan alat suntik.
Selain itu, Anda juga memerlukan flush yang berfungsi sebagai pendorong obat ke dalam tubing intravena atau kantung cairan. Jangan lupa untuk mensterilkan tangan agar terhindar dari bakteri dan virus berbahaya.

Cara menghitung tetesan infus

Ada dua metode pemberian cairan infus yang sering digunakan, yakni set makro dan set mikro. Keduanya memiliki rumus tersendiri dalam menentukan jumlah tetesan infus per menit. Dirangkum dari buku Modul Keperawatan Anak I susunan Sapariah Anggraini, dkk., berikut penjelasan lengkapnya:
Ilustrasi cairan infus. Foto: pixabay
1. Makro drip
ADVERTISEMENT
Infus set makro sering dipakai untuk pasien dewasa karena debit cairan yang dikeluarkan jauh lebih besar. Sehingga, diharapkan pemenuhan cairan untuk pasien pun lebih cepat. Namun untuk kasus tertentu, ada kalanya infus set makro juga dipakai untuk anak-anak.
Rumus menghitung tetesan infus untuk infus set makro:
Rumus menghitung tetesan infus set makro
Catatan:
Faktor tetes makro = 20
Jumlah kebutuhan cairan = dalam satuan mililiter (ml)
Jadi, dengan rumus di atas kita dapat menghitung jumlah tetesan yang harus diatur agar kebutuhan cairan pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Contoh soal:
Apabila seorang pasien datang ke rumah sakit dan setelah diperiksa, dokter menginstruksikan agar diberikan cairan RL sebanyak 500ml dalam waktu 1 jam menggunakan infus set makro. Maka bagaimana tetesan infusnya?
ADVERTISEMENT
Jawab:
Rumus menghitung tetesan infus set makro
b. Mikro drip
Infus set mikro sering dipakai untuk pasien anak-anak karena debit cairan yang dikeluarkan 3 kali lebih sedikit dibandingkan infus set makro. Rumusnya sama seperti infus set makro, yang membedakan hanya faktor tetesan infusnya.
Rumus menghitung tetesan infus set mikro.
Catatan:
Faktor tetes makro = 60
Jumlah kebutuhan cairan = dalam satuan mililiter (ml)
Contoh soal:
Seorang pasien anak-anak datang ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter menginstruksikan untuk memasukkan cairan NaCl sebanyak 500 ml dalam waktu 2 jam dengan menggunakan infus set mikro.
Jawaban:
Rumus menghitung tetesan infus set mikro.
Jadi berdasarkan perhitungan di atas, untuk memasukkan cairan NaCl sebanyak 500ml dalam waktu 2 jam menggunakan infus set mikro, maka kita harus mengatur tetesan infus dalam satu menit 250 gtt.
Ilustrasi pasien. Foto: pixabay

Jenis Cairan Infus

Menurut Perry dan Potter dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (2005) berdasarkan osmolalitasnya, cairan infus (intravena) dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
ADVERTISEMENT

1. Cairan isotonis

Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Cairan ini dapat digunakan pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh).
Jenis cairan ini memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat ( RL ) dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %).

2. Cairan hipotonis

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum, sehingga mudah larut dan dapat menurunkan osmolaritas serum. Cara kerjanya yaitu cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar jaringan sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Cairan infus ini biasanya digunakan saat keadaan sel mengalami dehidrasi. Misalnya, pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik dan pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoa dosis diabetik.
ADVERTISEMENT
Komplikasi yang membahayakan terjadi ketika perpindahan cairan dari dalam pembuluh darah ke sel secara tiba-tiba. Hal itu menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45 % dan Dekstrosa 2,5 % 3.

3. Cairan hipertonis

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5 %, NaCl 45 % hipertonik, Dextrose 5 % + Ringer - Lactate .
Ilustrasi pasien. Foto: pixabay

Berapa Lama Orang Diinfus?

Durasi pemberian infus tidak bisa disamakan bagi setiap pasien. Dokter akan menyesuaikannya berdasarkan durasi, jenis cairan, dosis, dan jumlah tetesan sesuai dengan kondisi pasien tersebut.
ADVERTISEMENT
Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai kebutuhan pasien terhadap cairan infus. Untuk itu, mengenai berapa lama orang diinfus bisa diketahui melalui arahan dokter.
(MSD)