news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Bawang Merah Bawang Putih dan Unsur Intrinsiknya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
16 Juni 2021 14:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bawang Merah dalam Cerita Dongeng Pendek. Foto Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bawang Merah dalam Cerita Dongeng Pendek. Foto Pixabay
ADVERTISEMENT
Cerita Bawang Merah Bawang Putih telah menjadi dongeng pengantar tidur dari generasi ke generasi. Karena kisahnya yang memuat pesan berharga, cerita rakyat asal Riau ini juga diajarkan di sekolah agar anak-anak dapat belajar mengenai budi pekerti.
ADVERTISEMENT
Mengutip Kreasi Komik Digital Bawang Merah dan Bawang Putih Sebagai Media Pendidikan Karakter Untuk Anak oleh Nur Ikhtiaroh (2020), manfaat meneladani pesan moral dalam cerita rakyat yaitu untuk mewariskan nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat Indonesia, sebagai filter terhadap pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa, dan memberikan identitas bagi masyarakat di era globalisasi.
Untuk meneladani kisah Bawang Merah Bawang Putih, simak cerita lengkapnya berikut ini yang dikutip dari Perbandingan Cerita “Semangka Emas” Dengan Cerita “Bawang Merah Bawang Putih” oleh Binar Kurniasari Febrianti.

Dongeng Bawang Merah Bawang Putih Singkat

Ilustrasi Bawang Putih. Foto Pixabay
Dikisahkan sebuah keluarga bahagia yang mempunyai anak perempuan yang cantik dan baik bernama Bawang Putih. Suatu hari ibu jatuh sakit dan tak lama meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat bersedih hati. Setelah beberapa lama, ayah Bawang Putih menikah dengan janda yang mempunyai seorang anak bernama Bawang Merah.
ADVERTISEMENT
Awalnya ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik kepada Bawang Putih. Namun, lama kelamaan mereka berbuat jahat dan selalu menindas Bawang Putih ketika ayahnya tidak berada di rumah karena bekerja. Lama berselang, ayahnya sakit dan meninggal dunia. Bawang Putih sangat sedih tapi tetap harus tinggal bersama ibu dan saudari tirinya.
Suatu hari, ketika Bawang Putih mencuci semua baju kotor, tanpa sadar baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Sesampainya di rumah, Bawang Putih menceritakan hal ini kepada ibu tirinya. Ibu tiri sangat marah dan memerintahkan Bawang Putih segera mencari baju tersebut sampai dapat.
Ilustrasi Bawang Merah. Foto: Freepik
Bawang putih kembali ke sungai dan menyusuri alirannya. Lalu ia bertemu dengan pemburu yang sedang istirahat. Ia menanyakan sehelai baju yang hanyut. Pemburu tersebut mengetahuinya dan menunjukkan arah baju yang hanyut.
ADVERTISEMENT
Kembali Bawang Putih berjalan menuju arah yang ditunjuk si pemburu. Baju yang hanyut tak kunjung ditemukan hingga Bawang Putih melihat rumah yang dihuni oleh seorang nenek. Ia pun mengetuk pintu dan menanyakan baju ibu tirinya yang hanyut.
Ternyata, nenek tersebut menemukan baju tersebut ketika ia mengambil air di sungai. Karena sudah malam, nenek meminta Bawang Putih menginap.
Selama tinggal di rumah nenek, Bawang Putih rajin membantu nenek dengan membersihkan rumah. Oleh karena itu, sebelum Bawang Putih pulang nenek menawarkan dua buah labu untuk dipilih sebagai hadiah dan dibawa pulang. Bawang Putih memilih labu yang kecil agar mudah membawanya.
Ilustrasi emas permata. Foto: Freepik
Setibanya di rumah Bawang Putih membelah labu pemberian sang nenek. Alangkah terkejut ia, ternyata labu tersebut berisi emas permata yang sangat banyak.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan kejadian itu kepada Bawang Merah dan ibu tirinya. Mendengar cerita Bawang Putih, ibu tirinya langsung menyuruh Bawang Merah melakukan hal persis yang dilakukan Bawang Putih dan berpesan agar Bawang Merah memilih labu yang sangat besar.
Lalu Bawang Merah melakukan hal sama dengan yang dilakukan Bawang Putih. Ia sengaja menghanyutkan sehelai baju, kemudian mencarinya ke rumah nenek itu. Nenek pun meminta Bawang merah tinggal di rumahnya. Berbeda dengan Bawang Putih, selama tinggal di rumah nenek Bawang Merah sangat malas, tidak mau membantu pekerjaan nenek.
Setelah lima hari dengan kesal nenek menyuruhnya pulang. Sebelum pulang Bawang Merah meminta labu seperti yang diberikan pada Bawang Putih. Bawang Merah memilih labu yang besar lalu bergegas pulang tanpa berterima kasih pada nenek.
Ilustrasi labu. Foto: Pixabay
Setelah sampai di rumah, Bawang Merah dan ibunya meminta Bawang Putih untuk keluar dari rumah karena mereka akan membelah labu yang diharapkan berisi emas permata. Bawang Merah dan ibunya langsung membelah labu tersebut.
ADVERTISEMENT
Ternyata yang keluar dari labu tersebut bukan emas permata melainkan kelabang, kalajengking, dan ular berbisa. Binatang-binatang berbisa itu pun menyerang mereka hingga meninggal. Meski hidup sebatang kara, Bawang Putih bahagia dikelilingi masyarakat yang menyayanginya.

Unsur Intrinsik Cerita Bawang Merah Bawang Putih

Ilustrasi membaca buku. Foto: Freepik
Setiap karya sastra pasti memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangunnya. Mengutip buku Bahasa Indonesia 2 SMA Kelas XI oleh Sri Sutarni dan Sukardi (2008), unsur intrinsik adalah unsur yang langsung membangun karya dan berada di dalam karya sastra tersebut.
Terdiri dari tema, alur, tokoh serta perwatakan, sudut pandang, latar, amanat, dan gaya bahasa. Berikut ini adalah unsur intrinsik yang ada dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih mengutip Binar Kurniasari Febrianti (2019).
ADVERTISEMENT
1. Tema
Tema dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih adalah kecemburuan terhadap saudara dan kebaikan yang berbuah keberuntungan. Dikisahkan Bawang Putih adalah gadis baik hati yang suka menolong, sehingga ia mendapat keberuntungan atas kebaikannya. Berbeda dengan Bawang Merah beserta ibunya yang semena-mena dan serakah.
2. Tokoh
Ilustrasi Dongeng. Foto: Pixabay
a. Ayah Bawang Putih: Ayah yang baik, memiliki satu anak perempuan. Istrinya meninggal karena sakit sehingga ia yang mengasuh Bawang Putih. Ia kemudian menikah lagi dengan seorang janda anak satu.
b. Bawang Putih: Tokoh utama protagonis. Memiliki waktak yang baik, sopan, patuh, dan rajin. Ibunya sudah meninggal sehingga ia berada dalam asuhan sang ayah.
c. Bawang Merah. Tokoh utama antagonis. Ia selalu dimanja ibunya, malas, dan suka menyuruh-nyuruh. Bawang Merah iri dengan keberuntungan Bawang Putih yang mendapatkan emas permata dalam labu.
ADVERTISEMENT
d. Ibu Tiri: Ibu tiri yang galak dan selalu menyuruh Bawang Putih melakukan semua pekerjaan rumah. Ibu Bawang Merah juga iri dengan keberuntungan Bawang Putih yang mendapatkan labu berisi emas permata.
e. Paman Pemburu. Pria yang ditanya Bawang Putih tentang baju ibu tirinya yang hanyut. Ia jujur dan bersedia membantu.
f. Nenek: Wanita tua yang menemukan baju ibu tiri Bawang Putih. Ia menguji Bawang Putih dengan menyuruhnya membersihkan rumah selama beberapa hari lalu memberi imbalan berupa labu yang ternyata berisi emas permata.
3. Alur
lustrasi Cerita Dongeng Pendek. Foto: PIxabay
Cerita Bawang Merah Bawang Putih menggunakan alur maju. Dimulai dengan kisah keluarga bahagia dengan anak perempuan yang cantik dan baik, bernama Bawang Putih. Ibu Bawang Putih sakit lalu meninggal, ayah Bawang Putih menikah dengan seorang janda beranak satu yang ternyata berwatak jahat.
ADVERTISEMENT
Klimaks cerita terjadi saat Bawang Putih membelah labu pemberian nenek di rumah dan ternyata labu tersebut berisi emas dan berlian.
Sedangkan oeleraian peristiwa terlihat ketika ibu dan saudara tiri Bawang Putih merasa iri dan menyuruh Bawang Merah melakukan apa yang diperbuat Bawang Putih.
Cerita ditutup dengan peristiwa Bawang Merah dan ibu tiri yang membelah labu berisi serangga dan ular berbisa yang menyerang mereka. Bawang Putih hidup akhirnya hidup bahagia dikelilingi masyarakat yang menyayanginya.
4. Latar
Ilustrasi sungai. Foto: Freepik
a. Latar tempat:
ADVERTISEMENT
b. Latar Waktu
c. Amanat
Hendaknya bersikap baik, menyayangi keluarga, rajin bekerja, dan membantu sesama atau orang yang membutuhkan. Hidup sederhana, tidak bersikap serakah, dan iri dengki kepada orang lain karena manusia mempunyai takdir dan keberuntungan masing-masing.
(ERA)