Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Ciri Khas Busana Gaya Sawunggaling yang Biasa Digunakan Penari Remo
5 Oktober 2022 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Busana gaya Sawunggaling biasa digunakan oleh penari Remo dalam setiap pentasnya. Gaya busana ini dilengkapi dengan dua sampur yang dipakai di pinggang dan disematkan di bahu.
ADVERTISEMENT
Ciri khas busana gaya Sawunggaling adalah penggunaan kaus putih berlengan panjang. Kaus ini digunakan sebagai pengganti dari baju hitam kerajaan yang biasa dipakai oleh penari Remo lainnya.
Di Indonesia, Sawunggaling tidak hanya dikenal sebagai busana penari, melainkan juga motif batik. Mengutip buku Baluarti Keraton Kacirebonan (2014), motif ini menggunakan simbol ayam betina sebagai ragam hiasnya.
Menurut tradisi keraton, motif Sawunggaling atau ayam walik biasa digunakan untuk upacara meruwat. Orang yang menggunakan motif ini digambarkan memiliki kepribadian yang sopan, ramah, dan baik terhadap orang lain.
Bicara soal Tari Remo, ternyata ada gaya busana lainnya yang bisa digunakan dalam pementasan. Apa saja itu? Simak ragamnya dalam artikel berikut.
Ragam Busana Penari Remo
Tari Remo adalah tarian tradisional yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Awalnya, tarian ini digunakan sebagai pengantar pertunjukkan ludruk. Lambat laun, Tari Remo dipentaskan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan.
ADVERTISEMENT
Sama seperti tari lainnya, Tari Remo juga memiliki busana khusus yang biasa digunakan dalam pementasan. Busana tersebut terdiri dari gaya Surabayan, Malangan, Jombangan, dan Remo Putri.
Masing-masing gaya busana memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri. Dirangkum dari buku Keanekaragaman Seni Tari Nusantara karya Resi Septiana Dewi, S.Pd., berikut penjelasan lengkapnya yang bisa Anda simak.
1. Busana Gaya Surabayan
Gaya busana ini terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing berwarna hitam, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris yang menyelip di belakang.
Penari memakai dua selendang, di mana satu dipakai di pinggang dan satunya lagi disematkan di bahu. Masing-masing tangan penari memegang ujung selendangnya. Kemudian, terdapat pula kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki penari.
2. Busana Gaya Malangan
ADVERTISEMENT
Busana gaya Malangan pada dasarnya sama saja seperti busana gaya Surabayan. Bedanya, gaya busana ini memiliki celana yang cenderung lebih panjang hingga menyentuh mata kaki. Kemudian, celana tersebut tidak disematkan dengan jarum emas layaknya gaya Surabayan.
3. Busana Gaya Jombangan
Busana gaya Jombangan hampir mirip seperti gaya Sawunggaling. Perbedaannya terletak pada penari yang tidak menggunakan kaus putih, melainkan hanya menggunakan rompi.
4. Busana Remo Putri
Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya Remo asli. Penari biasanya memakai sanggul, kemben hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai lutut, serta menggunakan satu selendang yang disematkan di bahu.
(MSD)