Contoh Bacaan Harian Katolik untuk Bertumbuh Secara Rohani

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
8 September 2021 12:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bacaan Harian Katolik Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bacaan Harian Katolik Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdoa secara sungguh-sungguh menjadi bentuk ibadah yang harus dilakukan umat Katolik untuk bertumbuh secara rohani. Doa ini dapat dipanjatkan ketika berada di rumah, persekutuan kecil, hingga gereja.
ADVERTISEMENT
Dalam ajaran Katolik, terdapat macam-macam doa dengan makna yang berbeda-beda. Mengutip buku Pend Agama Katolik SMP 1, beberapa doa Katolik adalah Doa Bapa Kami, Doa Kemuliaan, Doa Tanda Salib, Doa Novena, hingga Doa Salam Maria.
Selain berdoa, umat juga dianjurkan untuk merenungkan bacaan harian Katolik. Renungan tersebut berupaya menggerakkan umat untuk mewujudkan hidup yang berdaya ubah sebagaimana hidup murid-murid Kristus yang bertumbuh dan berbuah berkat.
Di sisi lain, membaca bacaan harian Katolik juga dapat membantu umat untuk mengetahui dan menerapkan ajaran Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti renungan harian Kristen, bacaan harian Katolik juga memuat paragraf renungan serta ayat emas. Apabila sedang mencari bacaan renungan harian Katolik, simak artikel berikut ini.
Ilustrasi Bacaan Harian Katolik Foto: Unsplash

Contoh Bacaan Harian Katolik

Berikut contoh bacaan harian Katolik yang dikutip dari buku Bertumbuh dalam Kristus, Berbuah dalam Hidup oleh Gerakan Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang (2021):
ADVERTISEMENT
Contoh 1
Matius 6 ayat 8: “…karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu memintanya.
Merenungkan relasiku dan Tuhan serta penyerahan diriku pada penyelenggaraan ilahiNya itu ibarat dua orang yang sedang mengayuh sepeda tandem.
Kita mungkin pernah merasa bahwa segala sesuatu di hidup kita hanya diri kita sendirilah yang menentukan. Hendak menjadi apa aku, hidup macam apa yang kupilih, ke mana aku akan pergi, siapa yang akan menjadi pasangan hidupku, semuanya akulah yang menentukan.
Tentu kita pernah merasa dalam posisi memegang kendali sepenuhnya dalam hidup, dan segala sesuatunya terpenuhi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi tunggu dulu, apakah aku hanya sendirian mengayuh “sepeda hidup”-ku? Tentu tidak.
ADVERTISEMENT
Selagi kita mengarahkan kemudi, Tuhan tidak berhenti mengayuh pedal dan mendorong laju sepeda kita. Kita mungkin bangga karena memilih jalan sendiri, tetapi tidak jarang berujung pada jalan yang salah karena lupa bahwa Tuhan ada bersepeda bersama kita.
Ternyata Tuhan selama ini mendukung kita, mencintai kita. Menyadari hal itu, kini kubiarkan Allah berada di depan, mengarahkanku pada jalan-jalan yang ia pilih dan aku belajar untuk percaya.
Dalam posisi itu, kita seringkali tidak bisa memahami ke mana Tuhan membawa kita dalam hidup ini. Mungkin berlelah-lelah menyusuri pengalaman menyedihkan yang tampak tak berujung, mungkin bertemu dengan orang-orang yang amat kita cintai, atau bahkan berpisah dengan orang-orang dekat.
Dalam ketakutan melewati jalan-jalan sulit, tidak perlu khawatir karena Ia berbisik pada kita, “Jangan takut, aku ada bersamamu.”
Ilustrasi Bacaan Harian Katolik Foto: Unsplash

Contoh 2

Lukas 6 ayat 36: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati,
ADVERTISEMENT
Merenungkan kutipan sabda pada hari ini, mengantar kita pada dua kesadaran, yaitu bahwa Allahlah yang pertama-tama lebih dahulu bermurah hati kepada kita dan bagaimana semestinya sikap kita setelah mendapatkan kemurahan hati Allah.
Sebagai orang beriman, kita tidak ragu akan kemurahan hati Allah dalam aneka rahmat yang kita terima dalam hidup. Namun demikian, tidak setiap orang memiliki kepekaan dan rasa syukur yang sama atas aneka rahmat yang Allah anugerahkan.
Ketika kita sadar akan siapa diri kita, kita yang bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa namun dikasihi oleh Allah dan mendapatkan kemurahan hatiNya, tidaklah sulit bagi kita untuk senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas kemurahan hati Allah dengan mengusahakan kebaikan dan kemurahan hati yang sama kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Semangat untuk melakukan kebaikan dan bermurah hati seperti di atas tentu berbeda dengan apa yang mungkin masih sering kita lakukan, yaitu kebaikan dan kemurahan hati yang dilandasi oleh semangat do ut des, saya memberi agar saya menerima. Atau saya melakukan kebaikan, agar nanti Tuhan membalas saya dengan kebaikan yang lain.
Marilah kita belajar bermurah hati seperti Allah yang lebih dulu bermurah hati kepada kita, bukan dengan kemurahan hati yang ala kadarnya, yang tersisa, atau yang tidak terpakai, namun kemurahan hati yang mengalir dari kasih yang tanpa batas, kasih yang tak berpamrih, dimulai dari hal kecil dan sederhana pada orang-orang di sekitar kita.
(GTT)