Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Contoh Esai Akademik beserta Ciri-ciri dan Strukturnya
20 Desember 2022 12:46 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Penalaran Abad 21 karya Ni Komang Aprilia Erisari, esai akademik adalah tulisan bersifat ilmiah yang fokus membahas kajian, memuat fakta dan data, serta argumentasi penulis.
Sifat ilmiah dalam esai akademik mengandung arti logis, empiris, metodikal, sistematis, dan terdapat kesimpulan berupa saran atau usulan. Agar lebih memahaminya, simak penjelasan mengenai ciri-ciri, struktur dan contoh esai akademik dalam ulasan berikut ini.
Ciri-ciri Esai Akademik
Penulisan esai akademik sedikit berbeda dengan karya tulis ilmiah biasa. Pembahasan di dalam esai akademik biasanya tidak terlalu rumit dan panjang. Berikut adalah beberapa ciri-ciri esai akademik.
ADVERTISEMENT
Struktur Esai Akademik
Menurut Budiharso (2007) dalam buku Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis Pembelajaran Aktif karya Dr. Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd., struktur esai yang baik terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Paragraf pendahuluan
Paragraf pendahuluan adalah paragraf pertama yang memuat perkenalan topik, latar belakang umum, serta petunjuk rencana esai keseluruhan yang dapat membangkitkan minat pembaca.
2. Paragraf pengembang
Paragraf pengembang disebut juga paragraf batang yang menjelaskan dan menguraikan pernyataan tesis pada paragraf pendahuluan. Paragraf pengembang berisi hal-hal yang akan dikaji, data, interpretasi tentang topik yang dibahas, simpulan, atau saran mengenai topik yang dibahas.
3. Paragraf penyimpul
Paragraf penyimpul adalah paragraf terakhir atau penutup yang berisi ringkasan masalah utama, pernyataan kembali kalimat tesis dengan kata-kata lain, dan komentar akhir tentang pokok bahasan.
ADVERTISEMENT
Contoh Esai Akademik
Memperbaiki Komunikasi tentang Covid-19
Oleh: E. Aminun Aziz (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud)
Pandemi Covid-19 tidak main-main dan memang bukan untuk dipermainkan. Telah begitu banyak korban, bukan hanya harta, melainkan juga jiwa. Jumlah korban bukan hitungan jari, melainkan lebih dari sejuta nyawa. Pandemi ini juga mengakibatkan ekonomi lumpuh dan sekolah mandek. Oleh karena itu, anak-anak dikhawatirkan menjadi generasi gagal. Banyak pihak yang menuding bahwa pemerintah tidak serius untuk menangani pandemi ini. Sejak awal merebak setahun lalu, wabah ini justru awalnya menjadi guyonan. Ketika pertambahan kasusnya meledak, maka timbul kepanikan di sana-sini. Pemerintah seperti tidak siap menghadapinya, apalagi masyarakat. Persoalan semakin rumit ketika komunikasi publik yang dibangun para pejabat tidak sampai kepada sasarannya. Lebih banyak warga masyarakat yang tidak memahami isi penjelasan, imbauan, bahkan larangan yang diterapkan pemerintah berkaitan dengan bahaya Covid-19. Akbiatnya, pemerintah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota berulang-ulang menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa kesempatan berbicara dengan Tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), diketahui bahwa mereka telah melakukan berbagai kajian, termasuk kajian antropologis, untuk mengetahui sebab peningkatan korban Covid-19 di Tanah Air. Di luar penyebab lainnya, ternyata salah satunya karena warga masyarakat memang tidak melihat wabah Covid-19 sebagai bencana non-alam yang dahsyat dan perlu ekstra waspada. Mereka abai terhadap ancaman itu karena tidak memahami wacana yang dibuat oleh para pejabat publik yang menangani urusan bencana ini. Hal tersebut diperparah oleh banyaknya lelucon dan guyonan yang muncul di seputar kejadian wabah ini, yang menambah ketidakyakinan warga masyarakat akan bahayanya. Kondisi itu memunculkan pertanyaan apakah ketidakmampuan warga masyarakat karena pengetahuan berbahasa alias tingkat literasi mereka masih rendah? Atau, mungkinkah ketidakmengertian mereka disebabkan oleh bahasa yang dipakai pejabat publik yang menyampaikan informasi itu benar-benar terlalu tinggi? Atau jangan-jangan warga masyarakat sudah tidak terlalu memperhatikan alias acuh tak acuh terhadap warta yang sudah disampaikan pemerintah?
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran yang lebih mendalam justru muncul andai kata meningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air ini akibat dari abainya masyarakat terhadap penjelasan dan imbauan pemerintah. Mereka seolah-olah telah seperti kafilah dalam pepatah anjing menggonggong, tak acuh akan kata-kata atau wacana sakti dari pemerintah. Secara teoritis, sejatinya, bahasa dipakai oleh penguasa untuk tiga tujuan utama, yaitu (1) mempertahankan kekausannya, (2) mempropagandakan kinerja terbaiknya dan pada saat yang sama menutupi kekurangannya, dan (3) meyakinkan agar rakyat tetap taat patuh kepada penguasa. Berkaca dari pengabaian masyarakat terhadap kampanye pencegahan penyebaran Covid-19, sepertinya pemerintah telah kehilangan kendali untuk bisa menertibkan masyarakat melalui bahasa kekuasaannya itu. Dengan memperhatikan kenyataan di atas, maka langkah paling bijak tentu saja ialah tidak lantas sepenuhnya menyalahkan masyarakat. Siapapun yang menyampaikan narasi tentang pencegahan dan penanganan wabah Covid-19 ini hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana, yang bisa dengan mudah dipahami masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kita pasti akan yakin dan percaya bahwa apabila masyarakat telah mengerti pesan yang ingin disampaikan pemerintah, masyarakat akan dengan mudah mengikutinya, apalagi kalau kapanye itu juga diikuti oleh praktik yang dicontohkan aparat pemerintah. Pesan sebuah tindak komunikasi akan mudah diikut apabila disampaikan dalam bahasa para penerima pesan itu, bukan di dalam bahasa yang hanya terdengar untuk gagah-gagahan.
Haruskah Gallaudet Membubarkan Tim Sepak Bola?
Oleh: Wiedarti (n.d)
Gallaudet telah memiliki tim sepak bola selama bertahun-tahun. Baru-baru ini, beberapa mahasiswa, fakultas, dan pengurus mengatakan bahwa tim sepak bola harus dibubarkan. Saya setuju, saya pikir Gallaudet harus membubarkan tim sepak bola.
Alasan pertama adalah bahwa nilai para pemain sepak bola mungkin meningkat. Setiap semester musim gugur, beberapa pemain sepak bola mendapat nilai rendah karena mereka menghabiskan banyak waktu untuk berlatih olahraga. Misalnya, seorang anak pintar di kelas Bologi pada musim gugur yang lalu memulai semester dengan nilai rata-rata “A”, kemudian dia mulai berlatih sepak bola setiap sore dan dia tidak punya waktu untuk belajar tes Biologi. Pada akhir musim sepak bola di bulan November, nilai rata-rata dia turun menjadi “D”. Orang tua dan konselor VR sangat marah sehingga dia harus mundur pada bulan Desember. Hampir 25% dari pemain sepak bola menggunakan AP pada akhir semester musim gugur. Jika Gallaudet membubarkan tim sepak bola, maka nilai pemain dapat meningkat. Teman sekelas Biologi saya bisa mendapatkan nilai “A” daripada “D”, dan Gallaudet mungkin akan memiliki lebih sedikit siswa yang mendapatkan AP di bulan Desember.
ADVERTISEMENT
Alasan selanjutnya, Gallaudet harus membubarkan tim sepak bola karena Gallaudet dapat menghemat uang. Setiap tahun Gallaudet harus membayar lebih dari $100.000 untuk mendukung tim sepak bola. Gaji para pelatih bertambah hingga lebih dari $50.000, biaya peralatan baru sekitar $10.000, dan biaya asuransi sekitar $7.000. Pemeliharaan lapangan dan peralatan lama membutuhkan biaya yang sama dengan peralatan baru. Selanjutnya, Gallaudet harus membayar transportasi, hubungan masyarakat, panggilan telepon ke orang tua, dan sekolah lain.
Semua ini sangat mahal, tetapi Gallaudet tidak mendapat banyak uang dari menjual tiket. Jika kita membubarkan tim sepak bola, Gallaudet akan memiliki lebih dari$100.000 untuk dibelanjakan pada biaya penting lainnya, seperti furnitur yang lebih baik di asrama dan kelas, mahasiswa dan fakultas akan mendapat keuntungan dari uang tambahan.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, jika Gallaudet membubarkan tim sepak bola, akan ada beberapa perbaikan. Para pemain mungkin mendapat nilai yang lebih baik, dan Gallaudet dapat menghemat uang. Oleh karena itu, saya pikir Gallaudet harus membubarkan tim sepak bola.
(AAA)