Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Contoh Hadits Qudsi yang Bisa Dimaknai, Mencakup Perkara Uluhiyyah dan Ubudiyyah
13 Oktober 2021 18:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam Islam, hadits memegang kedudukan sebagai sumber hukum kedua setelah Alquran. Menurut ulama ushul fiqih, hadits adalah segala sesuatu yang berasal dari Rasul, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan yang bisa dijadikan dalil hukum syara.
ADVERTISEMENT
Ada banyak jenis hadits dalam Islam, salah satunya adalah hadits qudsi. Secara bahasa, hadits ini berasal dari kata qudus yang artinya suci. Dinamakan demikian karena perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT yang menyandang gelar al-Quddus, Dzat Yang Maha Suci.
Pada dasarnya, pokok bahasan pada hadits qudsi sangat terbatas. Mengutip buku 40 Hadits Qudsi Pilihan oleh Ezzeddin Abidin, secara umum hadits ini menjelaskan tentang perkara uluhiyyah dan ubudiyyah serta menguraikan batas-batasnya. Agar lebih memahaminya, berikut contoh hadits qudsi pilihan yang bisa Anda simak.
Contoh Hadits Qudsi
Sama seperti hadits lainnya, hadits qudsi juga membahas tentang perkara Islam secara menyeluruh, mulai dari akidah, fiqih, dan muamalah. Mengutip buku Hadis Qudsi oleh Imam Nawawi dan Imam Qathalani, berikut contoh hadits qudsi yang bisa Anda simak:
ADVERTISEMENT
1. Hadits tentang berbaik sangka kepada Allah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia mengatakan, Rasulullah bersabda, Allah berkata:
"Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan, Aku bersamanya ketika dia mengingat Aku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di suatu golongan, maka Aku mengingatnya pada golongan yang lebih baik lagi. Apabila dia mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Apabila dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari."
2. Hadits tentang kedermawanan Allah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, Allah berkata:
“Apabila seorang hamba-Ku ingin melakukan satu perbuatan buruk, maka janganlah kalian (para malaikat) menuliskannya hingga dia melakukannya, Apabila dia melakukannya maka tulislah sepadan dengan keburukannya. Apabila dia meninggalkannya (tidak jadi melakukannya), maka tulislah baginya satu buah kebaikan. Apabila seorang hamba-Ku ingin melakukan satu ketsaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka tulislah baginya satu buah kebaikan. Apabila dia melakukannya, maka tulislah baginya sepuluh kali lipat kebaikannya hingga tujuh ratus kali lipat”
ADVERTISEMENT
3. Hadits tentang keutamaan orang yang memuji
Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah menceritakan kepada para sahabat,
"Sesungguhnya salah seorang hamba Allah berkata, Wahai Tuhanku, hanya bagi-Mu segala puji yang layak atas kemuliaan Wajah-Mu dan keagungan kerajaan-Mu.' Ucapan ini miembuat kedua malaikat merasa sangat berat, keduanya tidak tahu bagaimana harus menuliskannya. Keduanya lalu naik ke langit dan berkata, Wahai Tuhan kami, sesungguhnya hamba-Mu mengatakan suatu perkataan yang kami tidak tahu harus bagaimana menuliskannya? Allah bertanya-padahal sebenarnya Allah tahu apa yang dikatakan oleh hamba-Nya-'Apa yang dikatakan hamba-Ku?' Keduanya berkata, Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba itu mengatakan, Wahai Tuhanku, hanya bagi-Mu segala puji yang layak atas kemuliaan Wajah-Mu dan keagungan kerajaan-Mu." Allah selalu berkata kepada kedua malaikat tersebut, Tulislah oleh kalian berdua apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu hingga nanti ia bertemu dengan-Ku. Selanjutnya Aku yang akan memberi balasan atas apa yang diucapkannya itu."
ADVERTISEMENT
4. Hadits larangan menyekutukan Allah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:
“Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu, maka siapa yang beramal lalu dia persekutukan Aku dengan yang lain dalam amalan tersebut, Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.”
(MSD)