Konten dari Pengguna

Contoh Teks Eksplanasi, Struktur, dan Ciri-Cirinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
25 Mei 2021 16:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teks dalam buku. Sumber: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teks dalam buku. Sumber: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam kehidupan, berbagai fenomena alam maupun sosial budaya muncul di tengah masyarakat. Mulai dari yang memukau hingga memprihatinkan. Mulai dari bencana alam, hingga larangan mudik bagi masyarakat di tengah pandemi. Untuk menjelaskan fenomena-fenomena tersebut, penulis bisa menggunakan bentuk teks eksplanasi.
ADVERTISEMENT
Mengutip e-modul Bahasa Indonesia 2018 yang disusun oleh Direktorat Pembinaan SMA - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang penjelasan atas suatu proses yang berkaitan dengan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa itu terjadi, baik dari fenomena alam maupun sosial dan budaya.

Ciri-Ciri Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menggunakan kata yang bermakna denotatif.
b. Menggunakan kalimat pasif yaitu kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau dikenai pekerjaan. Contoh: dipukul, termakan, dll.
c. Menggunakan banyak konjungsi kausalitas (sebab akibat): misalnya sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga, dll.
d. Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah, atau banyak kata teknis sesuai dengan topik yang dibahas. Contoh: konflik sosial, atmosfer, tsunami, banjir, dll.
ADVERTISEMENT
e. Fokus pada hal umum, bukan partisipan manusia.

Struktur Teks Eksplanasi

Masih dari sumber yang sama, ada tiga struktur utama dari teks eksplanasi:
1. Pernyataan umum
Pernyataan umum berisi tentang suatu topik yang akan dijelaskan. Hal ini meliputi proses terjadinya, proses keberadaannya, proses terbentuknya, dan sebagainya. Pernyataan umum ini bersifat ringkas, menarik, dan jelas sehingga mampu membangkitkan minat pembaca untuk membaca secara detailnya.
2. Deretan penjelasan
Deretan penjelasan memuat penjabaran proses kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi. Deretan penjelas lebih menekankan pada penyebab fenomena itu dapat terjadi. Pada paragraf inilah dirincikan sebab dan akibat dari sebuah fenomena yang terjadi.
3. Penutup
Bagian penutup mengandung intisari atau kesimpulan dari kejadian atau fenomena yang sudah dibahas. Di dalam penutup juga bisa ditambahkan dengan saran atau pun tanggapan penulis mengenai fenomena yang terjadi.
Ilustrasi menulis teks di buku. Sumber: Unsplash.com

Contoh Teks Eksplanasi

Mengutip Buku Pelajaran BAHASA INDONESIA untuk SMP & MTs Kelas 8: membangun literasi digital generasi milenial (Jilid 2) oleh Prof. Dr. Dawud, M.Pd, dkk., berikut adalah contoh teks eksplanasi.
ADVERTISEMENT
PENELITIAN PUASA
Peneliti asal Jepang, Profesor Yoshinori Ohsumi, membuktikan secara ilmiah bahwa puasa dapat membawa dampak baik bagi kesehatan. Peraih nobel ini menemukan bahwa puasa berkaitan erat dengan otofagi (autophagy).
Saya jelaskan terlebih dahulu apa itu otofagi. Otofagi artinya sel tubuh yang memakan diri sendiri. Terdapat sel-sel di dalam tubuh yang memiliki kemampuan memakan atau menghancurkan bagian tubuh. Sel itu adalah sel-sel darah putih yang mampu memakan sel-sel bakteri dan juga komponen sel tubuh sendiri. Sebagsi contoh, apabila tubuh terluka, sel-sel darah putih akan memakan bakteri yang menginfeksi dan juga sel-sel yang rusak. Jaringan yang terluka akan dibangun sehingga luka tertutup. Itu merupakan proses alami alias sunnatullah.
Melalui penelitiannya, Ohsumi menemukan bahwa otofagi sangat penting peranannya dalam tubuh. Mekanisme otofagi berperanan besar dalam mengontrol fungsi-fugsi fisiologis tubuh. Ada komponen sel-sel tubuh yang perlu dihancurkan dan didaur ulang. Dengan otofagi, sel dapat mengisolasi bagian dari tubuh yang rusak, mati, tidak bisa diperbaiki, terserang penyakit, atau terinfeksi. Setelah mengisolasi bagian yang bermasalah, sel darah putih kemudian menghancurkan bagian tersebut menjadi sesuatu yang tidak membahayakan dan melakukan daur ulang untuk menghasilkan energi dalam sel. Hebat bukan?
ADVERTISEMENT
Di dalam mekanisme ini, komponen tubuh yang rusak akan dibangun dan diperbarui kembali. Pada kasus sel yang terkena infeksi, otofagi juga dapat mengeliminasi bakteri atau virus penginfeksi. Tak hanya itu, otofagi juga berkontribusi dalam perkembangan embrio sehingga terjadi pencegahan dampak negatif dari proses penuaan. Juga ditemukan bahwa mekanisme otofagi terbukti berperanan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Karena otofagi berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang, gangguan dalam proses otofagi juga dapat menyebabkan masalah Kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan terganggunya proses otofagi ialah adanya penyakit diabetes tipe 2, kelainan saraf, kanker, dan berbagai penyakit yang berkaitan dengan usia.
Berdasarkan penelitian, Ohsumi juga menemukan satu cara sedernana untuk ‘memancing’ terjadinya otofagi dalam sel. Seperti dilansir dari laman resmi Buchinger Wilhelmi, cara sederhana tersebut ialah berpuasa. Ohsumi menemukan bahwa kunci untuk “mengaktivasi” proses otofagi pada sel ialah kondisi kekurangan nutrisi. Di sisi lain, berpuasa membuat otak menerima sinyal bahwa tubuh sedang kekurangan makanan dan mencari-cari makanan yang tersisa dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Proses ini membuat otofagi teraktivasi dan sel mulai melakukan perusakan terhadap protein yang rusak ataupun tua di dalam tubuh. Ketika kadar insulin dalam tubuh menurun karena lapar, maka otofagi mulai bekerja dan membersihkan sisa-sisa sel yang telah mati atau rusak. Selama proses ini, tubuh harus terbebas dari makanan atau minuman minimal selama 12 jam. Lama waktu ini ternyata sesuai dengan durasi berpuasa umat Muslim pada umumnya. Sedikit saja ada makanan yang masuk ke tubuh sebelum 12 jam dapat membuat proses otofagi terhenti.
Seperti dilansir Saudi Gazette, manfaat dari ibadah berpuasa ini sebaiknya tak hanya dirasakan saat Ramadhan saja. Ibadah puasa sunnah yang rutin akan merangsang terjadinya proses otofagi lebih sering sehingga sel-sel tubuh diremajakan melalui bongkar pasanga tadi. Akibatnya, tubuh pun akan menjadi lebih sehat. Berdasarkan temuan ini, Ohsumi berhasil memenangkan Hadiah Nobel di bidang IImu Fisiologi atau Kedokteran. Menurut New York Times, Ohsumi resmi menerima penghargaan bergengsi ini pada 3 November 2016.
ADVERTISEMENT
Begitulah uraian berdasar penelitian Ohsumi. Uraian ini cocok dengan Hadist Nabi, summu tasihhu ‘berpuasalah maka kamu akan sehat’.
(ULY)