Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara, Pola Hunian hingga Sistem Kepercayaan
8 Desember 2020 8:23 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebelum menjalani kehidupan modern, manusia telah menjalani masa praaksara terlebih dulu. Masa tersebut dimulai sejak manusia purba ada di permukaan Bumi. Masa praaksara dijalankan dengan alat-alat primitif dan sederhana.
ADVERTISEMENT
Masa Praaksara atau Nirleka sendiri merupakan zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. Pada masa tersebut, manusia kerap mengandalkan fosil dan artefak untuk memenuhi kelangsungan hidupnya.
Terdapat tiga corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara. Apa saja? Simak ulasan berikut ini.
Pola Hunian
Masyarakat praaksara memiliki dua pola hunian, yakni kedekatan dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka. Pola ini bergantung dengan letak geografis dan kondisi lingkungan di sekitar.
Biasanya, hunian yang dekat dengan sumber air dipilih lantaran air mengundang kehadiran binatang di lingkungan sekitar. Lokasi yang dekat dengan air juga membuat tanaman tumbuh subur. Selain itu, mayarakat juga bisa berpindah dengan mudah lewat sungai.
Cara Berburu hingga Bercocok Tanam
Awalnya, manusia menerapkan sistem food gathering, yakni mengumpulkan jenis tanaman yang bisa dikonsumsi. Seiring berjalannya waktu, manusia mulai memproduksi makanan sendiri. Kemudian, mereka mulai bercocok tanam setelah melihat biji-bijian yang tumbuh usai tersiram air hujan.
ADVERTISEMENT
Sistem Kepercayaan
Masyarakat praaksara telah mengenal kegiatan ritual, mereka kerap melakukan upacara penguburan orang meninggal. Dalam tradisi tersebut, mereka akan menempatkan benda dan barang kebutuhan hari-hari bersama mayat. Kemudian, mayat itu dikubur bersama barang tersebut. Hal ini dilakukan agar perjalanan arwah orang yang meninggal dapat berlangsung dengan baik.
(GTT)