Doa Malam Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah SAW dan Artinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
20 Mei 2020 9:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Doa Malam Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah SAW  Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Doa Malam Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah SAW Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW mengajarkan umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan doa di malam Lailatul Qadar. Yang mana datangnya malam Lailatul Qadar diketahui ada pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Ketika malam Lailatul Qadar datang, doa yang senantiasa diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah seperti dijelaskan dalam hadis berikut:
Dari Aisyah RA, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja aku tahu bahwa suatu malam adalah malam Lailatul Qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab:
Berdoalah: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ’ANNII.
Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, menghapus kesalahan, karenanya maafkanlah aku, hapuslah dosa-dosaku.” (HR. Tirmidzi, no. 3513 dan Ibnu Majah, no. 3850).
Ilustrasi Doa Malam Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah SAW Foto: shutterstock
Adapun makna dari doa yang diajarkan Rasulullah SAW tersebut menurut Ibnu Rajab rahimahullah dijelaskan seperti berikut:
ADVERTISEMENT
و إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر
Artinya: “Sesungguhnya perintah memohon al-‘afwu (pemaafan, penghapusan dosa) pada malam Lailatul Qadar setelah kita bersungguh-sungguh beramal di dalamnya dan di sepuluh hari terakhir Ramadhan, ini semua agar kita tahu bahwa orang yang arif (cerdas) ketika sungguh-sungguh dalam beramal, ia tidak melihat amalan yang ia lakukan itu sempurna dari sisi amalan, keadaan, maupun ucapan. Karenanya ia meminta kepada Allah al-‘afwu (pemaafan) seperti keadaan seseorang yang berbuat dosa dan merasa penuh kekurangan.”
ADVERTISEMENT
(RDR)