Konten dari Pengguna

Fakta tentang All Eyes on Rafah yang Viral di Media Sosial

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
30 Mei 2024 12:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang anak laki-laki Palestina mencari puing-puing di lokasi serangan Israel sehari sebelumnya di sebuah kamp pengungsi di Rafah di Jalur Gaza selatan (28/5/2024). Foto: EYAD BABA/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak laki-laki Palestina mencari puing-puing di lokasi serangan Israel sehari sebelumnya di sebuah kamp pengungsi di Rafah di Jalur Gaza selatan (28/5/2024). Foto: EYAD BABA/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kampanye “All Eyes on Rafah” sedang viral di media sosial, khususnya Instagram. Kampanye tersebut mengajak orang-orang untuk menaruh perhatian atau mengalihkan pandangannya tentang apa yang sedang terjadi di Rafah, Palestina.
ADVERTISEMENT
Serangan tersebut dilancarkan oleh tentara Israel yang membuat pengungsi yang notabene warga sipil menjadi korban. Dilaporkan Anadolu Ajansi, setidaknya puluhan orang tewas dalam serangan yang dilancarkan militer Israel.
Karena peristiwa ini, kecaman terhadap Israel datang dari berbagai pihak. Sebab, awalnya mereka menjanjikan Rafah sebagai zona yang aman bagi pengungsi. Wilayah yang berada di selatan Gaza ini menjadi satu-satunya harapan bagi warga sipil untuk mendapatkan keamanan.

Fakta tentang All Eyes on Rafah

Seorang warga Palestina memeriksa tenda pengungsian yang rusak akibat serangan Israel selama operasi militer Israel, di Rafah, di selatan Jalur Gaza (28/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
Menurut Dr. Muhammad Suhail Thaqqusy dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Daulah Fathimiyah, Rafah adalah salah satu kota padat penduduk yang berlokasi di bagian paling selatan Gaza, Palestina, dengan luas 64 km persegi.
Sejak konflik yang memanas antara Israel dan Palestina, Rafah mulai dipadati oleh pengungsi. Banyak warga Gaza yang tinggal di tenda pengungsian demi mendapatkan keamanan selama konflik berlangsung.
ADVERTISEMENT
Di balik serangan yang dilancarkan Israel di Rafah, ada sejumlah fakta yang menarik untuk dibahas, khususnya seputar kampanye "All Eyes on Rafah". Apa saja?
Seorang anak laki-laki Palestina memeriksa mobil yang rusak, di lokasi serangan Israel terhadap sebuah rumah di tengah konflik Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, Kamis (9/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS

1. Pencetus All Eyes on Rafah

Sebenarnya, tidak diketahui secara pasti siapa yang mengawali kampanye All Eyes on Rafah. Namun pada Februari lalu, Richard Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Gaza dan West Bank menyatakan pendapatnya terkait rencana Israel untuk menyerang Rafah.
Rik mengatakan “All eyes are on the impenting Rafah offensive” yang artinya semua mata tertuju pada serangan Rafah yang akan datang.
Kemudian, Ameera Kawash, seorang seniman dan peneliti keturunan Irak-Palestina-Amerika yang tinggal di Inggris, mulai mengeksplorasi fitur dan teknologi AI untuk menyuarakan konflik di Palestina. Ia mengatakan kepada Al Jazeera “All eyes on Rafah”.
ADVERTISEMENT
Dari pernyataannya tersebut, mulai banyak orang yang menggunakan slogan All Eyes on Rafah. Slogan tersebut pun mulai muncul di poster, unggahan media sosial, dan lain-lain.
Warga Palestina meninggalkan daerah Tal al-Sultan di Rafah dengan membawa barang-barang mereka menyusul serangan Israel yang kembali terjadi di kota di Jalur Gaza selatan (28/5/2024). Foto: EYAD BABA/AFP

2. Kondisi Rafah yang sangat memprihatinkan

Al Jazeera melaporkan bahwa Rafah dipadati oleh banyak pengungsi. Mereka masuk ke fasilitas UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) dengan harapan badan yang dibentuk oleh PBB tersebut dapat membantu mereka mendapatkan keamanan dan ketenangan.
Ironisnya, lebih dari 150 staf UNRWA justru tewas dalam serangan Israel. Alhasil, bantuan pun dihentikan, bahkan mereka terkena wabah penyakit yang memprihatinkan.
Pejabat setempat melaporkan bahwa wabah hepatitis A telah menurunkan kondisi kesehatan pengungsi. Kurangnya kamar mandi dan sanitasi yang bersih juga membuat mereka terkena penyakit kulit seperti kudis, kutu air, dan kurap.
Warga Palestina memadamkan api di lokasi serangan Israel di area yang diperuntukkan bagi para pengungsi di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (27/5/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS

3. Mesir ikut terlibat dalam konflik

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Rafah berbatasan langsung dengan wilayah Sinai, Mesir. Peristiwa yang terjadi di Gaza membuat warga sipil sangat terdesak. Para analis pun mengatakan bahwa sepertinya Israel ingin mendorong mereka ke Sinai.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi pihak keamanan internal Mesir. Mereka memprediksi kemungkinan lebih dari 1 juta warga Palestina terpaksa masuk ke wilayahnya.
Mesir pun dilaporkan telah memindahkan 40 tank dan mengirimkan sejumlah personel ke perbatasan Gaza. Mereka berupaya untuk menghentikan potensi serta dampak dari serangan darat Israel yang bisa membahayakan nyawa warga sipil.

3. Perang akan berlangsung hingga akhir tahun

Penasihat keamanan Israel, Tzachi Hanegbi, memperkirakan bahwa perang antara Israel dan Palestina masih akan berlangsung selama 7 bulan hingga akhir tahun. Pihaknya berdalih ingin menghancurkan kemampuan militer Hamas dan kelompok Jihad Islam Palestina.
ADVERTISEMENT
Hanegbi menyatakan pembelaannya terhadap serangan di Rafah. Menurutnya, wilayah tersebut sudah menjadi basecamp kelompok Hamas sejak tahun 2007, ketika Hamas mulai memerintah Gaza.
(MSD)