Konten dari Pengguna

Fenomena Manusia Silver yang Ramai Dibicarakan, Apa Bahayanya Mengecat Kulit?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
28 September 2021 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bocah manusia silver di Pamulang, Tangerang Selatan, yang sumbangkan sebagian penghasilannya untuk kasih makan kucing.
 Foto: Dok. Bimbim
zoom-in-whitePerbesar
Bocah manusia silver di Pamulang, Tangerang Selatan, yang sumbangkan sebagian penghasilannya untuk kasih makan kucing. Foto: Dok. Bimbim
ADVERTISEMENT
Ramai beredar di media sosial tentang sosok bayi yang penuh dengan cat silver di tubuhnya. Bayi malang ini dibawa oleh sepasang suami istri untuk mengamen di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Mirisnya, belakangan diketahui bahwa sepasang suami istri itu bukanlah orangtua kandung si bayi.
ADVERTISEMENT
Lantas, Dinas Sosial pun mengambil langkah untuk memulangkan bayi tersebut ke orangtuanya. Dinsos juga berencana merazia orang-orang yang mengeksploitasi balita di sekitar Tangsel dan memastikan hal tersebut tidak terulang lagi.
Fenomena manusia silver ini bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya di kota-kota besar, manusia silver juga mulai menyebar hingga ke beberapa kota lainnya. Faktor ekonomi dan kebutuhan hidup kerap menjadi alasan mereka menjadi manusia silver.
Apa itu manusia silver dan seperti apa bahayanya?

Fenomena Manusia Silver dan Bahayanya

Manusia silver adalah sebutan untuk orang-orang berpenampilan nyentrik yang melumuri hampir seluruh tubuh mereka dengan cat warna silver. Mereka biasa ditemukan di jalanan, lampu merah ataupun tempat umum dengan membawa kardus bertuliskan 'sumbangan'.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan manusia silver tidak jauh berbeda dengan pengamen. Mereka kerap meminta uang dan belas kasih orang-orang yang ditemuinya di jalan. Pekerjaan ini mereka lakukan dengan alasan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Meski begitu, keberadaan manusia silver kerap memunculkan perdebatan di kalangan masyarakat. Sebagian besar menyayangkan keberadaan manusia silver karena dinilai bisa membahayakan kesehatan pelakunya. Mengingat cat yang biasa digunakan ini banyak mengandung bahan kimia berbahaya.
Jenis cat yang biasa digunakan manusia silver ialah cat minyak. Kandungan cat ini umumnya terdiri dari pelarut atau pengencer zat seperti minyak tanah atau bensin. Mengutip jurnal berjudul Pemanfaatan Limbah Lumpur WWTP untuk Diolah Kembali Menjadi Cat Plamur oleh Dodit Ardiatama, dkk., komponen cat minyak juga biasanya terdiri dari binder (resin), pigmen, solvent dan additive.
ADVERTISEMENT
Ada juga pelarut-pelarut lain yang mengandung berbagai senyawa kimia berbahaya seperti xylen atau thiner, benzena atau toluen dan senyawa kimia aromatik lainnya. Selain itu, senyawa lain seperti formaldehyd, acrolein, dan croton aldehyde juga terkandung dalam jenis cat ini.
Bocah manusia silver di Pamulang, Tangerang Selatan, yang sumbangkan sebagian penghasilannya untuk kasih makan kucing. Foto: Dok. Bimbim
Zat-zat tersebut tentu berbahaya bagi kesehatan kulit seseorang. Terlebih jika dioleskan dalama waktu yang cukup lama. Beberapa senyawa dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata.
Melansir I am Art, kulit yang terpapar pelarut dalam cat minyak seperti thiner dan benzena bisa mengalami kerusakan parah. Pori-pori kulit akan tertutup dan ini bisa berdampak serius pada kondisi kesehatan lainnya.
Lebih lanjut, paparan cat pada kulit dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan kanker. Ini bisa terjadi dalam jangka waktu 5-10 tahun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, efek jangka pendek yang akan dirasakan yakni kulit gatal-gatal, nyeri, perih dan pusing. Jika masuk ke mulut, baik secara sengaja atau tidak, bisa menyebabkan kematian secara cepat.
(MSD)