Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Filosofi Ketupat, Hidangan Khas Lebaran yang Sarat Makna
9 Mei 2021 10:27 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tidak hanya sebagai hidangan lebaran, ketupat juga memiliki filosofi yang dalam. Bentuk dan bahan penyusunnya memiliki makna tersendiri yang berfungsi untuk mengingatkan manusia kepada Sang Pencipta. Penasaran? Yuk, simak penjelasannya berikut ini:
Filosofi Ketupat
Bagi masyarakat Jawa, tiga bahan utama ketupat yakni janur kuning, beras, dan santan memiliki makna tersendiri. Mengutip Majalah Tebuireng- Refleksi Hari Kemenangan dan Kemerdekaan, janur kuning adalah lambang tolak bala.
Sedangkan beras merupakan simbol kemakmuran, mencerminkan doa masyarakat agar diberi kelimpahan kemakmuran setelah hari raya. Sementara itu santan yang dalam bahasa Jawa disebut santen berima dengan kata "ngapunten" yang artinya mohon maaf. Ada yang mengatakan bahwa nama ketupat merupakan singkatan dari “ngaku lepat” yang artinya mengakui kesalahan.
ADVERTISEMENT
Komaruddin Amin dan M. Arskal Salim dalam Ensiklopedi Islam Nusantara Edisi Budaya (2018) berpendapat bahwa kupat merupakan kependekan dari “laku papat” atau empat tindakan spiritual, yaitu:
Adapun bentuk ketupat yang persegi merupakan perwujudan kiblat papat lima pancer. Empat kiblat itu adalah empat arah mata angin utama, yaitu Timur, Selatan, Barat, dan Utara yang bertumpu pada satu pusat. Maknanya, ke arah manapun manusia pergi, hendaknya ia tidak pernah melupakan pancer (pusat kehidupan) yaitu Tuhan yang Maha Esa.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, ketupat merupakan simbolisasi dari permohonan maaf kepada Allah SWT (hamblum minallah) dan kepada sesama manusia (hamblum minannas).
(ERA)