Gaya Bernyanyi Lagu Daerah Masyarakat Sunda dan Cianjur

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
15 Juli 2021 10:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustras gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur. Foto: Munady Widjaja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustras gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur. Foto: Munady Widjaja
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang kaya akan ragam suku dan kebudayaan. Masing-masing suku pun memiliki lagu daerah yang berbahasa ibu, sesuai dengan bahasa yang berkembang di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Fungsi lagu daerah berbeda-beda. Namun, penampilan lagu daerah umumnya berkaitan dengan tradisi masyarakat setempat. Misalnya, untuk mengiringi upacara-upacara adat, sebagai pengiring tari tradisional, media bermain, maupun sebagai bentuk nasihat.
Lagu-lagu daerah dibawakan oleh penyanyi yang dikenal dengan sebutan sinden. Dalam sebuah pagelaran, sinden tidak tampil seorang diri. Jumlah sinden bisa mencapai delapan sampai 10 orang, bahkan lebih jika untuk pertunjukan dalam skala besar.
Selain berbeda dalam hal bahasa, masing-masing lagu daerah juga memiliki gaya bernyanyi yang khas. Gaya bernyanyi tersebut biasanya bersifat turun-temurun dari nenek moyang atau sesuai dengan ajaran daerah masing-masing.
Di lingkungan Jawa Barat, gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur adalah mamaos atau mamanca. Apa itu mamaos? Berikut ulasan lengkapnya.
ADVERTISEMENT

Apa Itu Mamaos?

Ilustrasi bernyanyi dengan gaya mamaos. Foto: instagram.com/@elishaorcarus
Mamaos Cianjuran merupakan tembang yang telah lama dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Mamaos adalah sebuah seni tradisi yang menggabungkan permainan kecapi dengan pembacaan kisah-kisah adiluhung.
Melansir laman warisanbudaya.kemendikbud.go.id, mamaos sebenarnya sudah ada sejak 1761. Namun, kesenian ini baru berkembang di Cianjur pada 1834, sejak diwariskan oleh Dalem Pancaniti atau RAA Kusumaningrat, Bupati Cianjur saat itu.
Mengutip buku Seni Budaya oleh Eko purnomo dkk, pada awalnya mamaos dinyanyikan oleh kaum laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu, kaum perempuan juga turut menyanyikannya.
Hal ini terbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita yang terkenal di kalangan masyarakat Sunda dan Cianjur. Sebut saja Rd. Anah Ruhanah, Ibu Mong, Ibu O'oh, Nyi Mas Saodah, dan Rd. Siti Sarah.
ADVERTISEMENT
Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun, beluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh.
Lagu-lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun disebut dengan lagu pantun atau papantunan. Bisa juga disebut lagu Pajajaran yang diambil dari nama keraton Sunda zaman dahulu. Sedangkan, lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh disebut tembang.
(ADS)