Gelang Tridatu Menurut Islam, Apakah Umat Muslim Boleh Memakainya?

Ilustrasi gelang Tridatu. Foto: Unsplash

Gelang Tridatu merupakan salah satu simbol keagamaan umat Hindu. Menurut kepercayaan mereka, gelang ini melambangkan kehadiran Tuhan dalam wujud Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa).

Mengutip jurnal Bisnis Gelang Tri Datu sebagai Budaya Populer pada Masyarakat Bali tulisan Anantawikrama T. Atmadja dan I Wayan Rai, Tri Murti disimbolkan dengan tiga helai benang, yakni Brahma benang merah, Wisnu benang hitam, dan Siwa benang Putih. Itu sebabnya ketiga benang tersebut disebut Tridatu yang berarti benang berwarna tiga.

Dalam ajaran Hindu, gelang Tridatu dapat digunakan sebagai penolak bala agar terhindar dari penyakit maupun ilmu hitam seperti leyak, cetik, dan guna-guna. Gelang Tridatu sendiri bisa didapatkan melalui ritual, misalnya persembahyangan di Pura tertentu.

Kini, gelang Tridatu tak hanya digunakan sebagai simbol keagamaan, tetapi juga bagian dari fashion untuk menunjang penampilan. Lalu, bagaimana hukum menggunakan gelang Tridatu menurut Islam? Apakah umat Muslim boleh memakainya?

Gelang Tridatu Menurut Islam

Ilustrasi gelang Tridatu. Foto: Unsplash

Agama Islam mengajarkan bahwa Allah Maha Esa. Artinya, Allah merupakan satu-satunya Tuhan dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini bertentangan dengan kepercayaan Hindu yang menganggap Tuhan hadir dalam wujud Tri Murni, yang disimbolkan dengan gelang Tridatu.

Dengan kata lain, secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa menggunakan gelang Tridatu sama saja dengan mendukung kepercayaan tersebut. Padahal, melalui Surat Al-Kafirun ayat 6 Allah telah melarang keras umat-Nya untuk mencampuradukkan agama Islam dengan agama lain.

Allah berfirman: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)

Menurut tafsir Kemenag, ayat tersebut menyiratkan bahwa tidak ada perbuatan tukar-menukar dengan pengikut agama lain dalam hal peribadahan kepada Allah SWT. Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan:

“Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 704)

Ilustrasi gelang Tridatu menurut Islam. Foto: Unsplash

Di sisi lain, umat Muslim harus mengikuti adab berpakaian yang telah disyariatkan. Adab tersebut juga mencakup penggunaan perhiasan seperti gelang bagi laki-laki dan wanita.

Mengutip buku Fiqh Wanita; Antara Tuntunan dan Tuntutan Panduan Praktis bagi Wanita Muslimah tulisan Rusdiana Navlia Khulaise, dihalalkan bagi wanita untuk mengenakan perhiasan (emas atau perak), baik yang melingkar ataupun yang tidak, selama tidak melampaui batas wajar.

Batas wajar yang dimaksud adalah tidak menampakkan perhiasannya kepada lelaki yang bukan muhrimnya. Kaum hawa juga harus memastikan bahwa gelang yang digunakan tidak menyalahi syariat.

Namun, ketentuan itu tidak berlaku bagi laki-laki. Diharamkan bagi mereka mengenakan perhiasan, baik yang berupa emas dan perak, kulit, kain, bahkan benang sekalipun.

Hal tersebut sesuai dengan salah satu riwayat Nabi. Rasulullah bersabda, “Emas dan sutera dihalalkan bagi orang-orang perempuan umatku dan diharamkan bagi laki-laki.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya umat Muslim tidak menggunakan gelang Tridatu meskipun hanya untuk memenuhi kebutuhan fashion.

Selain dikhawatirkan bisa menjadi pertanda bahwa pemakainya mendukung kepercayaan agama lain, penggunaan gelang Tridatu juga bertentangan dengan adab berpakaian dalam Islam.

(ADS)