Konten dari Pengguna

Google Doodle Hari Ini Tampilkan Rendang, Makanan Khas Minangkabau

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 Agustus 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Google Doodle. Foto: Google
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Google Doodle. Foto: Google
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Google Doodle hari ini, Rabu (21/8), tampilkan hidangan khas Sumatera Barat, yakni Rendang. Google memuat ilustrasi masakan lengkap dengan bumbu dapurnya seperti sereh, cabai, kelapa, bawang merah, cengkih, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Tanggal 21 Agustus dipilih lantaran bertepatan dengan momen diterimanya penghargaan Rekor MURI oleh Gubernur Sumatera Barat. Saat itu, MURI mencatat rekor acara memasak rendang daring terbesar sepanjang sejarah.
Tidak hanya di Indonesia, tampilan Google Doodle edisi rendang juga ditampilkan di negara lain seperti Inggris, Selandia Baru, Australia, Singapura, dan Polandia. Ini karena rendang pernah dinobatkan sebagai makanan terenak nomor 1 di dunia pada tahun 2017.
Ternyata, rendang sudah ada sejak dulu dan resepnya pun dijaga tetap otentik. Ingin tahu sejarahnya? Simaklah pembahasannya dalam artikel berikut ini.

Sejarah Rendang di Indonesia

Ilustrasi Rendang Foto: Michaelnero/Shutterstock
Rendang merupakan makanan khas Sumatera Barat, tepatnya Minangkabau. Meski tidak banyak bukti tertulis yang menjelaskan tentang awal mula kemunculannya, diduga makanan ini sudah ada sejak abad ke-16.
ADVERTISEMENT
Gusti Anan, sejarawan dari Universitas Andalas, mengatakan bahwa banyak catatan literatur abad ke-19 yang menjelaskan masyarakat Minang sering bepergian hingga berbulan-bulan. Dalam kondisi tersebut, tentu mereka membutuhkan makanan yang bisa disimpan dalam waktu lama. Contohnya adalah rendang.
Bukti lain ditemukan pada karya sastra abad ke-16. Dikutip dari buku Rendang Masakan Terenak di Dunia karya Dodi Mawardi (2020), berikut contoh potongan tulisannya:
‘10:4-10:7 Buzurjumhur Hakim pun pergi pula ke kedai orang merendang daging kambing, lalu ia berkata: “Beri apalah daging kambing rendang ini barang segumpal”. Sahut orang merendang itu, “Berilah harganya dahulu”’.
Bicara soal sejarahnya, rendang tidak terlepas dari budaya bangsa Arab dan India yang datang ke kawasan pantai barat Sumatera. Ini bermula ketika para pendatang bermukim di kawasan Minang, lalu memperkenalkan rempah-rempah khas negara mereka kepada masyarakat setempat.
Ilustrasi rendang Foto: dok.Shutterstock
Hingga akhirnya, seni memasak rendang berkembang di seluruh kawasan Sumatera. Resep ini juga diajarkan dan direkomendasikan dalam kursus masak jelang masa perang.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku Jejak Rasa Nusantara karya Fadly Rahman (2016), resep rendang (pandangsch) terdapat dalam buku masak terbitan Departement van Oorlog tahun 1940 bertajuk Kookboek ten dienste van menages in het garnizoen en te velde.
Sebagai salah satu masakan tradisional Indonesia, komponen rendang dipercaya mengandung makna yang berharga. Daging sebagai bahan utamanya melambangkan niniak mamak dan bundo kanduang. Keduanya bisa memberikan kemakmuran pada anak pisang dan anak kemenakan.
Kemudian, kelapa melambangkan kaum intelektual yang dalam bahasa Minang disebut cadiak pandai. Lewat pemaknaan ini, mereka ingin merekatkan kebersamaan antar kelompok dan individu yang beragam.
Sementara itu, bahan lado atau sambal melambangkan alim ulama yang tegas dalam mengajarkan agama. Sedangkan bahan pemasak atau bumbu menyimbolkan peran individu yang beragam dalam memajukan kehidupan bermasyarakat di Minang.
ADVERTISEMENT
(MSD)