Hadist Menuntut Ilmu, Perintah dan Keutamaannya bagi Umat Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
30 November 2020 10:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menuntut Ilmu melalui Kitab Suci. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menuntut Ilmu melalui Kitab Suci. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seperti disebutkan dalam berbagai hadist, wajib bagi setiap umat Muslim untuk menuntut ilmu. Sebab, ilmu adalah kunci segala kebaikan. Dalam Islam, tak akan sempurna agama dan amal ibadah seorang Muslim tanpa menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
Imam Syafi’i pernah berkata, “Ta’allam falaisal mar’u yuuladu ‘aaliman." Artinya adalah: "Belajarlah karena tidak ada orang yang terlahir dalam keadaan berilmu."
Ya, setiap manusia lahir dalam keadaan sama, suci dari dosa dan tidak berilmu. Akan tetapi, manusia sudah dibekali insting belajar, mulai dari belajar berbicara, mengetahui nama-nama benda, hingga mengenal Tuhan.
Berikut beberapa hadist menuntut ilmu beserta keutamaannya yang perlu diketahui umat muslim.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913).
Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim maupun muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah SWT yang mewajibkan suatu hal, yang harus dilakukan setiap Muslim adalah sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat).
ADVERTISEMENT
Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda,
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ)
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani).
Ilmu agama menjadi yang prioritas untuk dipelajari. Namun bukan berarti ilmu-ilmu lain bisa diabaikan. Apalagi, ada juga dalam satu hadist disebutkan bahwa menuntut ilmu juga merupakan jihad di jalan Allah SWT.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
"Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali."
Alquran. Foto: Pixabay

Keutamaan Menuntut Ilmu

Dimudahkannya Jalan Menuju Surga

Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ADVERTISEMENT
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Melalui ilmu yang dimilikinya, Allah akan memudahkannya untuk mengerjakan amal saleh. Seperti diketahui, amal saleh merupakan cara setiap hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ilmu Bermanfaat hingga Akhir Hayat

Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan ilmu yang bermanfaat, baik saat masih di dunia atau setelah wafat.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT

Orang Berilmu Akan Dikehendaki Kebaikan

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).

Ilmu Adalah Warisan Para Nabi

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
(VIO)