Hadits Tentang Bau Mulut Orang yang Berpuasa, Lebih Harum dari Misik?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
13 April 2021 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bau mulut orang yang berpuasa. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bau mulut orang yang berpuasa. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat melaksanakan ibadah puasa, umat Muslim diperintahankan untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkannya. Artinya, tidak ada makanan maupun minuman yang masuk ke dalam tubuh sejak subuh hingga maghrib.
ADVERTISEMENT
Maka, tak heran jika bau mulut orang yang berpuasa menjadi kurang enak. Itu karena selama berpuasa produksi air liur di mulut akan berkurang dan mengakibatkan mulut menjadi kering.
Meski begitu, bau mulut yang disebabkan karena puasa memiliki keistimewaan tersendiri di mata Allah SWT. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang mengurusi diriku, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada minyak misik.
Imam Muslim dan An-Nasa’I meriwayatkan hadits yang artinya: “Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat.”
Kedua hadits tersebut sama-sama menjelaskan keutamaan orang yang berpuasa. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada minyak misik di sisi Allah dan akan mendatangkan balasan dari Allah di akhirat kelak.
Ilustrasi bau mulut orang yang berpuasa. Foto: iStock
Mengutip buku Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan oleh Syaikh Fathi Ghanim, Al-Mazari mengatakan bahwa kalimat dalam hadits tersebut adalah majaz dan isti’arah. Sebab, bau wangi merupakan sifat yang disenangi sehingga dianggap sebagai sesuatu yang baik. Berbeda dengan bau tidak wangi yang kerap dijauhi, termasuk bau mulut orang yang berpuasa.
ADVERTISEMENT
Padahal, sebagaimana yang diketahui bahwa Allah Maha Suci dari sifat-sifat makhluk-Nya, termasuk mencium bau. Hanya saja, sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang menganggap bau wangi lebih baik. Karena itu, dibuatlah gaya bahasa isti’arah untuk menggambarkan bahwa puasa adalah jalan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT meski mengakibatkan bau mulut.
Di lain sisi, Imam Al-Bujairimi dalam Tuhfatul Habib ala Syarhil Khatib menjelaskan lebih lanjut mengenai hal ini. “Yang dimaksud dalam qaul ‘lebih wangi menurut Allah’ adalah lebih wangi daripada bau minyak misik yang diperintahkan untuk memakainya ketika hari Jumat dan dua salat Id atau maksudnya adalah pahalanya lebih banyak daripada pahala menggunakan minyak misik pada hari Jumat atau dua hari raya. Sungguh, mencium adalah hal yang mustahil bagi Allah Swt sehingga yang dimaksud dengan ‘lebih wangi menurut Allah’ adalah pujian dan ridha-Nya terhadap orang yang berpuasa.
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hadits tersebut sebenarnya memiliki maksud untuk memberi pehamaman kepada umat Muslim bahwa puasa yang mengakibatkan munculnya bau mulut tetaplah sebuah ibadah yang akan mendatangkan banyak keberkahan.
Namun, membiarkan mulut bau saat berpuasa adalah hal yang tidak tepat. Justru, seharusnya umat Muslim tetap menaga kebersihan dan kesehatan mulut agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan optimal.
(ADS)