Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Hasil Karya Seni Rupa Peninggalan Kerajaan Islam yang Masih Dilestarikan
17 Mei 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia terjadi melalui banyak cara, mulai dari dibawa oleh para wali hingga jalur perdagangan. Kehidupan masyarakat, budaya, dan pemerintahan pun semakin mendapat pengaruh karena kemunculan kerajaan-kerajaan bercorak Islam.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sukses USBN Ilmu Pengetahuan Sosial karya Tim Ganesha Operation, kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia antara lain ada Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram Islam, dan Kerajaan Banten.
Perlahan, unsur-unsur kebudayaan yang tadinya masih dipengaruhi Hindu-Budha, mulai tersentuh nilai-nilai agama Islam termasuk dalam karya seni. Mulai dari seni bangunan (arsitektur), seni ukir, dan karya-karya sastra lainnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh karya seni rupa yang merupakan hasil peninggalan dari kerajaan Islam yang ada di Indonesia.
Karya Seni Peninggalan Kerajaan Islam
Menyadur buku Eksplore Sejarah Indonesia Jilid 1 karangan Dr. Abdurakhman dan Arif Pradono, M.I.Kom, contoh karya seni rupa dan seni lainnya peninggalan kerajaan Islam adalah sebagai berikut:
1. Seni Bangunan (Arsitektur)
Seni bangunan yang sangat erat perkembangannya dengan agama Islam adalah masjid. Pada awalnya, umat Muslim pada masa kerajaan melakukan kegiatan shalat di mana pun, asalkan bersih dan suci. Faktor yang mendorong umat Islam pada saat itu akhirnya mendirikan masjid adalah karena ketauhidan dan keimanan.
ADVERTISEMENT
Seni bangunan lainnya adalah keraton yang disebut juga dengan istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Keraton sebenarnya telah ada sejak zaman Hindu dan Buddha. Namun setelah kebudayaan Islam datang ke Indonesia, terbentuk gaya arsitektur keraton-keraton di Indonesia yang berubah menggunakan corak Islam.
Selain masjid dan keraton, makam pun mengandung nilai-nilai spiritual. Setelah pengaruh Islam masuk ke Indonesia, makam seseorang yang sudah meninggal tidak lagi diwujudkan ke dalam bentuk candi, melainkan sekadar cungkup dari tanah.
2. Aksara dan Seni Sastra
Akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada sebelumnya di Indonesia tidak hanya pada peninggalan-peninggalan bangunan, tetapi juga dalam bentuk aksara. Hal ini terlihat dalam penggunaan huruf Arab untuk menulis naskah dalam bahasa Melayu.
Tulisan Arab Melayu dikenal dengan istilah huruf Jawi, yaitu huruf Arab yang diberi tanda tertentu, seperti titik satu, dua, atau tiga di bawah atau di atas huruf yang bunyinya disesuaikan dengan fonem atau ucapan serta ejaan dalam bahasa Melayu.
ADVERTISEMENT
Wilayah yang menggunakan bahasa Sunda, Jawa, dan Madura untuk penulisan karya sastranya menggunakan huruf Arab Pegon, yaitu penggunaan huruf-huruf Arab yang disesuaikan dengan fonem bahasa tersebut.
Selain itu, dalam bidang seni sastra, jenis peninggalan karya Islam terbagi menjadi berbagai macam, diantaranya yaitu:
ADVERTISEMENT
3. Seni Tari dan Wayang
Contoh lain dari akulturasi kebudayaan Islam adalah pada seni pertunjukan, seperti tari dan wayang. Seni tari sendiri merupakan akulturasi dengan kebudayaan Pra-Aksara yang dilakukan pada upacara-upacara religi pada masa Pra-Aksara. Kesenian ini semakin berkembang pada masa Hindu karena adanya kepercayaan bahwa Dewa Syiwa membangun dunia dengan menari.
Masuknya Islam tidak lantas menciptakan tarian-tarian baru, melainkan memasukkan nilai-nilai Islam atau cerita-cerita yang lebih Islami dan sesuai dengan syariat, baik dalam gerakan, maupun busana yang dipakai.
Contoh tarian yang dapat dilihat sampai saat ini yaitu tari Seudati dari Aceh yang tariannya diiringi dengan lantunan syair sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Seni pertunjukan lain yang berkembang pada saat itu adalah wayang. Pada masa Islam, kesenian ini dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk berdakwah oleh para ulama, terutama Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Kedua wali tersebut melengkapi pertunjukan wayang menggunakan gending-gending yang mengiringi jalannya cerita yang sudah diubah dengan cerita-cerita yang lebih Islami.
ADVERTISEMENT
(IMR)