Haul Guru Tua: Peringatan untuk Mengenang Pendiri Alkhairaat

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
22 April 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berdoa umat Islam. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berdoa umat Islam. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tanggal 12 Syawal, pengurus besar oganisasi Islam Alkhairaat di Palu mengadakan acara peringatan yang disebut Haul Guru Tua. Pertanyaannya, apa itu Haul Guru Tua?
ADVERTISEMENT
Haul Guru Tua merupakan acara yang menjadi momentum untuk mengenang jasa-jasa besar Habib Idrus bin Salim Al-Jufri alias Guru Tua. Ia adalah tokok penting dalam kemajuan pendidikan dan penyebaran Islam di Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2024, Haul Guru Tua telah dilaksanakan pada Minggu (21/4). Dikutip dari laman Antara, sekitar 50 ribu kaum Muslim hadir dalam acara tersebut. Mereka datang dari berbagai penjuru daerah, khususnya di kawasan Indonesia Timur.

Apa Itu Haul Guru Tua?

Makam Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri di komplek Masjid Alkhairaat, Jalan Sis Aljufri, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), haul berarti peringatan hari wafat seseorang yang digelar setahun sekali. Artinya, Haul Guru Tua dapat didefinisikan sebagai hari peringatan kematian Habib Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri yang merupakan pendiri Alkhairaat.
Merujuk pada buku Warisan Ulama Nusantara oleh Ainun Lathifah, Guru Tua menutup usia pada tanggal 22 Desember 1969 atau 12 Syawal 1389. Itulah alasan Haul Guru Tua dilaksanakan setiap tanggal 12 Syawal yang bertepatan dengan tanggal 21 April di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Haul Guru Tua biasanya didahului dengan acara Festival Raodhah yang menjadi ajang promosi berbagai macam produk, souvenir, atau kuliner UMKM di kota Palu. Festival ini juga diramaikan dengan berbagai penampilan bernuansa religi, seperti kasidah, pembacaan puisi, hingga pemutaran film yang menceritakan tentang perjalanan dakwah Guru Tua.

Profil Singkat Habib Idrus bin Salam Aljufri

Profil Singkat Habib Idrus bin Salam Aljufri. Foto: FS Stock/Shutterstock
Merangkum buku Warisan Ulama Nusantara karya Ainun Lathifah, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri merupakan salah satu ulama dari Hadramaut, wilayah di negeri Yaman, yang datang ke Nusantara untuk berdakwah.
Beliau lahir pada tanggal 15 Maret 1892 atau 15 Syaban 1309. Ayahnya merupakan seorang ulama terkenal di Hadramaut yang menjabat sebagai mufti, yakni orang yang diberi wewenang untuk menghasilkan fatwa dengan cara ijtihad. Selain itu, ayahnya juga merupakan seorang qadhi atau hakim.
ADVERTISEMENT
Kepada sang ayahlah Habib Idrus belajar ilmu agama. Beliau juga menimba ilmu dari para ulama lain yang terkenal di Hadramut. Bidang keilmuan yang dipelajarinya mencakup Al-Quran, fiqh, hadits, nahwu, sharaf, sastra, bayan, tauhid, tasawuf, dan matif.
Pada usia 17 tahun, sang ayah mengajak Habib Idrus mengunjungi Indonesia. Tujuannya adalah menemui sang ibu, Syarifah Nur Aljufri, yang sudah lama tinggal di Manado bersama kedua saudaranya, Habib Syekh Al-Jufri dan Habib Alwi Al-Jufri. Setelah bertemu dalam waktu singkat, Habib Idrus dan ayahnya kembali ke Hadramaut.
Saat Habib Idrus menginjak usia 25 tahun, ia menggantikan posisi ayahnya yang sudah wafat sebagai mufti dan qadhi. Namun, jabatan itu tidak bertahan lama karena ia tidak ingin tunduk kepada Inggris yang menjajah negaranya saat itu.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Habib Idrus ditangkap oleh pemerintahan Inggris karena dianggap melakukan perlawanan. Beliau pun dilarang untuk melakukan perjalanan ke negara Arab. Saat itulah, ia memutuskan kembali ke Indonesia.
Habib Idrus awalnya menetap di Pekalongan dan dikenal sebagai ulama sekaligus pedagang batik. Namun, beliau tidak meneruskan usaha tersebut karena ingin lebih fokus di bidang dakwah dan pendidikan.
Ia lalu berpindah ke kota Solo dan membangun madrasah Ar-Rabithah Alawiyah. Beberapa tahun kemudian, ia pindah lagi ke Jombang dan menjalin persahabatan dengan KH. Hasyim Asy’ari.
Dakwah Habib Idrus tidak berhenti di pulau Jawa. Beliau melakukan perjalanan ke pulau Sulawesi, Kalimantan, Maluku, hingga Papua. Kemudian, ia berlayar kembali menuju Manado atas ajakan sang kakak, Habib Alwi Aljufri.
ADVERTISEMENT
Di Manado, Habib Idrus berencana untuk memperluas jangkauan dakwah ke wilayah Palu. Merujuk pada buku Ziarah Sejarah: Mereka yang Dilupakan karya Hamid Nabhan, sebuah komunitas masyarakat Arab di Palu yang dipimpin Syekh Nasar bin Khams Al-Amri mengajak Habib Idrus untuk mendirikan madrasah yang sampai sekarang masih eksis, yakni Alkhairaat.
Hingga tahun 2023, tercatat sebanyak 1.550 madrasah dan 36 pondok pesantren Alkhairaat yang tersebar di 13 provinsi di Indonesia. Selain itu, ada pula satu perguruan tinggi di bawah naungan Alkhairaat.
(DEL)