Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Isi Kandungan Surat Al-Hadid Ayat 22 tentang Hakikat Musibah Bagi Manusia
24 September 2021 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Musibah adalah hal wajar yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah dan akan merasakan musibah, baik dalam bentuk kecil ataupun besar. Musibah didatangkan oleh Allah sebagai bentuk ujian ketakwaan bagi orang-orang yang beriman.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, musibah artinya malapetaka atau bencana. Sedangkan secara istilah, musibah adalah semua kejadian atau peristiwa buruk yang menimpa manusia, baik yang bersifat ringan maupun yang berat seperti banjir, kebakaran, dan tanah longsor.
Mengutip jurnal berjudul Musibah dalam Perspektif Alquran oleh Abdul Rahman Rusli Tanjung, dalam Alquran, kata musibah disebutkan sebanyak 77 kali, salah satunya dalam Surat al-Hadid ayat 22. Bagaimana isi kandungan dan tafsir di dalamnya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.
Isi Kandungan Surat Al-Hadid Ayat 22
Seorang Muslim wajib meyakini bahwa setiap musibah yang terjadi di alam semesta ini tidak luput dari ketentuan Allah swt. Keyakinan ini merupakan salah satu dari enam rukun iman, yaitu iman kepada qada dan qadar.
ADVERTISEMENT
Tidak dianjurkan baginya untuk pasrah pada keadaan. Sebab taqdir Allah, termasuk musibah, telah tertulis di Lauhul Mahfuzh, jauh sebelum manusia diciptakan. Allah berfirman dalam Surat Al-Hadid ayat 22 berikut:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah."
Ayat tersebut menegaskan bahwa apa yang terjadi di alam semesta, semuanya merupakan kehendak Allah yang mutlak, di mana manusia tidak bisa menolaknya. Konsep takdir ini dalam ilmu akidah disebut dengan takdir kauni.
Mengutip buku Selesaikan Segala Resahmu dengan Doa dan Munajat oleh Salman Al-Farisi, dalam menghadapi takdir Allah yang sifatnya kauniyah, seorang Muslim haruslah sabar. Sebab sesungguhnya, sabar itu terbagi menjadi tiga yakni sabar berbuat taat, sabar menahan diri dari maksiat, dan sabar ketika mendapat musibah atau cobaan yang menyakitkan.
ADVERTISEMENT
Karena pada hakikatnya, musibah ini telah ditentukan oleh Allah SWT seperti banjir, kemarau panjang, pandemi COVID-19, dan lain-lain. Musibah ini ada untuk dilalui dan dimaknai keadaannya.
Ada dua sebab datangnya musibah yang perlu dimaknai. Pertama, supaya manusia tak putus asa atas apa yang telah dia dapatkan.
Hal ini disampaikan oleh Imam al-Baidhawi dalam kitabnya. Ia menjelaskan bahwa tujuan dari musibah adalah supaya manusia tak lagi sedih atas hilangnya kenikmatan dunia yang ia miliki. Sebab sejatinya dunia itu hanya sementara.
Kedua, agar manusia tak bangga atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Lebih lanjut, Imam Baghawi dalam tafsirnya yang berjudul Ma’alim at-Tanzil menyatakan bahwa, ketika ditimpa musibah, setiap orang pasti merasakan kesusahan.
ADVERTISEMENT
Ia juga pasti merasakan kesedihan yang mendalam. Oleh karena itu, jadikanlah kesenangan yang selama ini dirasakan sebagai bentuk syukur atas nikmat-Nya. Sehingga ketika ditimpa musibah, ia jadikan kesedihan sebagai penguat dalam menjalani hidupnya.
(MSD)