Isi Perjanjian Aqabah Pertama dan Kedua

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
1 Juli 2020 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tanda-tanda Malam Lailatulqadar Foto: Shuutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Tanda-tanda Malam Lailatulqadar Foto: Shuutterstock
ADVERTISEMENT
Perjanjian Aqabah atau Bai’at ‘Aqabah merupakan perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan para penduduk Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj yang memeluk Islam. Bai’at sendiri artinya ikrar atau perjanjian yang membuat penerima harus sanggup melaksanakan sesuatu yang dibai’atkan.
ADVERTISEMENT
Terdapat dua perjanjian Aqabah. Yang pertama terjadi pada tahun 621 M, sebanyak 12 orang dari Yatsrib menyimak dakwah Rasulullah SAW. Mereka menerima dakwah tersebut dengan baik dan akhirnya mereka memustuskan untuk masuk Islam.
Mereka melakukan perjanjian Aqabah dengan Rasulullah SAW. Perjanjian tersebut dinamakan Bai’at Aqabah I, yang berisi:
1. Menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Menyatakan rela mengorbankan harta dan jiwa.
3. Menyatakan kesediaan untuk menyebarkan agama Islam yang dianut.
4. Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT.
5. Menyatakan tidak akan membunuh.
6. Menyatakan tidak akan melakukan perbuatan curang dan dusta.
Perjanjian Aqadah pertama juga disebut sebgai bai’at wanita karena dalam perjanjian tersebut tidak melibatkan peperangan. Nabi Muhammad SAW kemudian mengutus Mus’ab bin Umair untuk ikut rombongan Yatsrib pulang dari Makkah sebagai strategi pengembangan Islam.
ADVERTISEMENT
Tahun 622 M, merupakan tahun ketigabelas kenabian Rasulullah SAW. Di tahun itu pula perjanjian Aqabah II dilaksanakan di suatu hari di waktu tengah malam. Perjanjian tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan 73 orang pria dan 2 orang wanita Yatsrib.
Wanita dalam perjanjian tersebut adalah Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ bintu ‘Amr bin ‘Adiy. Pada suatu malam, Rasulullah SAW datang menjumpai mereka bersama pamannya, Al ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib yang kala itu masih musyrik. Al ‘Abbas meminta jaminan keamana untuk keponakannya, Nabi Muhammad SAW kepada rakyat Yastrib.
Ketika itu, Al ‘Abbas adalah orang pertama yang angkat bicara dan kemudian disusul oleh Rasulullah SAW membacakan beberapa ayat Al Quran dan menyerukan tentang Islam. Kemudian, Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan orang-orang Yatsrib tersebut yang isinya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka yang mereka sukai maupun yang mereka benci.
2. Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
3. Untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
4. Agar mereka tidak berpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah SWT.
5. Melindungi Nabi Muhammad SAW sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.
Setelah dibuatnya Bai’at Aqabah kedua, Rasulullah SAW kembali ke Makkah untuk melanjutkan dakwah. Di sana, beliau mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin yang dirasa semakin keras.
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslim di Makkah untuk hijrah ke Yatsrib agar mereka aman. Rasulullah SAW memerintahkan untuk melakukan hijrah secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum musyrikin.
ADVERTISEMENT
Orang pertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin Abdil Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian disusul oleh Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab dalam rombongan berjumlah 20 orang.
(AYA)